Nah, bagaimana ke depannya? Tidak ada cara lain, maskapai mana pun—tidak hanya Lion Air—harus tegas. Gelar tes sesegera mungkin berapa pun mahal harganya. Ada dugaan, narkotika juga merasuki pilot dari maskapai lain.
Merujuk kebijakan Federal Aviation Administration, sebaiknya tes tak hanya bagi pilot, tetapi juga inspektur, awak kabin, petugas penanganan di darat, hingga pengatur lalu lintas udara. Tidak hanya tes narkotika, tetapi juga alkohol.
Di Indonesia, pada jajaran direktur di tiap maskapai juga dipastikan ada pilot. Dengan demikian, meski diragukan ada pengakuan dari pilot bahwa dirinya mengonsumsi narkotika, seharusnya manajemen peka dengan persoalan ini. Jangan abaikan tiap rumor dan kabar burung!
Bila ditemukan, langsung pecat tanpa ampun. Sekali lagi, tanpa ampun! Nyawa ratusan orang dipertaruhkan. Andai pesawat keluar jalur, ribuan orang dapat meninggal saat pesawat jatuh di tengah kota.
Dengan citra negatif dari pilot Indonesia, ketika dibukanya kebijakan Open Sky di Asia Tenggara tahun 2015, tentu saja itu akan menguntungkan maskapai asing.
Jadi, temuan pilot yang mengonsumsi narkotika ini benar-benar urusan serius. Pertama, urusan nyawa. Kedua, soal ketahanan bisnis penerbangan.
Tanpa upaya perbaikan total, pertumbuhan penumpang sebesar 20 persen per tahun akan dicaplok maskapai asing.