Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INVESTASI

BBM dan Harga Instrumen Investasi

Kompas.com - 25/03/2012, 03:15 WIB

ADLER HAYMANS MANURUNG

Kenaikan harga bahan bakar minyak sekitar Rp 1.000 akan menaikkan inflasi 1 persen. Hal ini sudah didengungkan berbagai pihak, baik pejabat negara maupun analisis yang diterbitkan oleh para akademisi yang mendukung pemerintah. Kenaikan harga BBM atau bisa disebutkan kenaikan inflasi 1 persen atau lebih besar lagi akan membuat daya beli masyarakat menurun. Demikian juga terhadap instrumen investasi, daya beli masyarakat akan mengalami penurunan sehingga permintaan akan instrumen investasi akan berkurang.

Penurunan permintaan membuat harga turun sehingga membuat indeks harga saham bursa mengalami penurunan. Bagi investor, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ini sudah jadi sebuah tindakan yang tak perlu dipikirkan lagi karena secara jelas mengurangi kemampuan daya beli dana yang mereka miliki.

Di sisi lain, kenaikan inflasi akan membuat perusahaan yang terdaftar di bursa akan menaikkan harga barang, yang mengakibatkan permintaan atas produksi menurun. Sementara kenaikan harga BBM membuat buruh dan tenaga kerja lain meminta kenaikan upah dan gaji. Hal itu akan berakibat menurunnya laba bersih perusahaan. Penurunan laba bersih perusahaan akan berakibat penurunan terhadap laba bersih per saham (EPS). Penurunan EPS akan menurunkan harga saham karena harga saham yang ada sekarang tidak sesuai dengan prospek perusahaan. Penurunan harga saham di bursa akan membuat indeks harga mengalami penurunan. Akibatnya, harga saham yang tidak berkaitan dengan kenaikan harga BBM juga turut menurun karena investor akan berpikir menyamaratakan tindakannya. Maka, harga saham secara keseluruhan akan mengalami penurunan atas kejadian tersebut.

Penurunan harga saham ini akan berkepanjangan atau hanya sementara waktu sesuai dengan situasi ekonomi yang berlangsung. Penurunan harga saham bisa berkepanjangan jika pemerintah tidak bisa melakukan kebijakan yang mendorong terjadinya perubahan ekonomi akibat kenaikan inflasi. Pemerintah harus mengambil kebijakan yang signifikan agar perekonomian mengalami perubahan, minimal ekspektasi masyarakat atas inflasi bukan jangka panjang, melainkan merupakan dampak jangka pendek. Penyadaran masyarakat sangat diperlukan agar terjadi perubahan sehingga perekonomian bisa berubah

Penjualan instrumen investasi

Dalam situasi demikian, tindakan apa yang perlu dilakukan investor agar mereka tidak mengalami penurunan dalam aset. Kesepakatan bahwa adanya kenaikan inflasi akan menurunkan harga instrumen investasi. Penurunan harga instrumen investasi akan membuat nilai investasi menurun. Salah satu cara yang terbaik dilakukan investor adalah menjual instrumen investasi yang dimilikinya.

Penjualan instrumen investasi harus mendahului pihak lain karena orang lain juga akan menjual instrumen investasi dikarenakan ketakutan akan penurunan nilai investasinya. Bila investor tidak melakukan lebih cepat, harga yang diperoleh investasi akan jauh lebih rendah dan nilai investasi akan terus merosot. Penjualan secepatnya membuat investor memiliki dana tunai untuk bertindak selanjutnya. Dana yang dimiliki sebaiknya dibuat dalam rekening yang dapat dicairkan secara cepat juga untuk mendapatkan instrumen investasi yang bisa memberikan hasil lebih besar di masa mendatang.

Bila inflasi naik 1 persen, hal itu akan membuat tingkat bunga mengalami kenaikan dan menjadi persoalan tersendiri. Kenaikan tingkat bunga membuat bank-bank menaikkan tingkat bunga pinjaman dan kembali menaikkan biaya perusahaan. Sementara tingkat bunga untuk deposito tidak langsung dinaikkan oleh perbankan, tetapi pinjaman sudah secepatnya dan ini merupakan tingkah laku tingkat bunga di Indonesia. Akibatnya, investor harus menunggu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Akan tetapi, harga obligasi baik obligasi pemerintah maupun obligasi swasta mengalami penurunan. Bila investor bisa memilih dan mendapatkan obligasi yang lebih dan selayaknya bisa melakukan investasi pada obligasi tersebut.

Berbagai pihak juga mempunyai saran bahwa investor yang memiliki dana penuh tidak perlu melakukan penjualan instrumen investasinya, tetapi lebih memilih membeli kembali instrumen investasi yang telah turun tersebut. Investor melakukan tindakan averaging down cost yang dimilikinya. Tindakan ini dilakukan bila terjadi pembalikan arah harga instrumen investasi dikarenakan kebijakan atau ekspektasi investor.

Mereka yang sudah biasa bermain instrumen investasi lebih menyukai tindakan menjual lebih dulu atau secepatnya daripada melakukan tindakan kedua, averaging down cost. Semuanya merupakan keputusan investor karena investor yang memiliki dana dan risiko ditanggung investor. Investor harus hati-hati terhadap dana agar investasinya lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com