Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis di Australia Tumbuh Pesat Berkat Para Pekerja Indonesia

Kompas.com - 23/04/2012, 17:53 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

KOMPAS.com - Dalam manajemen sering disebutkan bahwa sebuah bisnis hanya bisa besar karena para pekerjanya. Inilah yang disyukuri oleh Greg Hill ketika dia bertemu istrinya, Liana Ang di Sydney (Australia).

Setelah pernikahan mereka, perusahaan survei lalulintas yang mereka bangun, ROAR data sekarang memiliki omzet sekitar Rp 6 miliar setahun. Liana Ang berasal dari Indonesia dan pindah di Sydney tahun 1998  menyusul kerusuhan bulan Mei.

Greg masih bekerja sebagai staf sebuah perusahaan survei. Setelah keduanya bertemu, mereka memutuskan membuat perusahaan sendiri dan lewat jaringan teman-teman gereja, Liana mendapatkan karyawan guna membantu usaha mereka.

"Bisnis kami dari tahun ke tahun meningkat dua kali lipat setiap tahunnya. Awal tahun pertama kami omzetnya cuma 50 ribu dolar. Sekarang, sudah sekitar 500-600 ribu dollar Australia (sekitar Rp 5-6 miliar)." kata Greg, pekan lalu.

"Bisnis ini bisa lebih besar lagi sebenarnya. Cuma saya tidak mau dia menjadi terlalu besar karena susah mengaturnya. Saya pernah memiliki pekerja sekitar 30 orang. Semuanya asal Indonesia." tambah Greg.

ROAR data adalah perusahaan yang melakukan survei manual mengenai perilaku berlalulintas di Sydney . Survei ini diperlukan sebelum sebuah badan mengambil keputusan untuk mengembangkan bisnis.

"Kami beruntung karena orang-orang Indonesia yang bekerja dengan saya, jujur, pekerja keras dan dapat dipercaya. Sebelumnya, saya pernah mempekerjakan orang dari etnik lain. Beberapa kali mereka menipu." tambah pria kelahiran Australia tersebut.

Menurut Greg, bisnis yang ditekuni ini memerlukan pekerja yang mau bekerja keras dan berkonsentrasi penuh, walau pekerjaannya tidak lama. "Misalnya mereka harus menghitung mobil yang lewat di sebuah persimpangan, dari jam 8 sampai 9 pagi. Mereka harus betul-betul berkonsentrasi melakukannya," katanya.

Walau bisnisnya kebanyakan berasal dari perusahaan konsultan ataupun dewan kota yang memerlukan data guna membuat keputusan, Greg mengatakan dia juga pernah mendapatkan order dari sebuah rumah bordil.

"Mereka perlu tahu berapa mobil yang lalu lintas di bakal lokasi mereka, dan berapa tempat parkir yang tersedia. Mereka harus tahu agar calon klien mereka tidak mengalami kesulitan mencari tempat parkir dan juga tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar kalau tidak cukup tempat parkir." tambah Greg.

Untuk kota internasional seperti Sydney, kehadiran perusahaan survei entah itu survei lalu lintas ataupun survei lainnya, menurut Greg Hill, sudah merupakan keharusan, sehingga keputusan bisnis apapun yang diambil didasarkan pada data yang akurat. Greg mencontohkan bahwa di kota seperti Jakarta, dengan perencanaan yang tidak matang, menimbulkan masalah dimana-mana.

"Kami pernah harus mencari tempat parkir di sebuah rumah sakit. Harus keliling selama dua jam, akhirnya baru dapat tempat." tambahnya lagi.

Walau model bisnisnya sederhana, yaitu mencatat sesuatu dengan akurat, memastikan bahwa data yang disampaikan betul-betul merupakan data sebenarnya, menjadi tantangan utama bagi Greg dan Liana dalam menjalankan bisnis mereka.

"Kami terlibat dalam survei ketika Sydney akan memperluas jaringan di jalur bebas hambatan mereka. Bayangkan kalau data yang kami sampaikan tidak akurat, berapa bisnis yang rugi karena kesalahan penghitungan yang kemudian akan terjadi," katanya lagi.

Para pekerja asal Indonesia yang bekerja untuk ROAR data, menurut Greg, berasal dari berbagai kalangan. Ada mahasiswa, ada juga mereka yang sudah menetap di Sydney.  (L. Sastra Wijaya, koresponden Kompas di Adelaide, Australia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com