Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tas Buatan Rico Serbu Ratusan Toko di Eropa

Kompas.com - 22/05/2012, 09:02 WIB
Ester Meryana

Penulis

KOMPAS.com - Merintis sebuah usaha dan menjadikannya sukses tak bisa hanya mengandalkan pendidikan yang dimiliki saja. Perlu pembelajaran yang terus menerus. Perlu juga kerendahan hati dan tidak cepat berpuas diri. Kira-kira itulah yang dilakukan seorang Rico Yudhiasmoro dalam menekuni bisnis produk kulitnya M Joint.

Pria yang mengenyam pendidikan tinggi di jurusan ekonomi dan advertising Universitas Gajah Mada ini, mengaku memulai bisnis pada awal Juni 1997. "Ada seorang pengrajin yang bergabung sama kita. Kan kita lihat di Yogyakarta itu kota budaya, kota pelajar, sumber bahan baku kulit juga banyak," sebut Rico kepada Kompas.com, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ia yang mengaku tidak bisa desain ini pun belajar banyak dari pengrajin tersebut. Semua bentuk barang ia pelajari cara pembuatannya, mulai dompet, sarung tangan, hingga jaket. Dan, bahan baku produk pun tidak hanya kulit. Mereka menerima juga pesanan produk dari bahan non-kulit.  "Waktu itu kan masih belajar, apa saja yang masuk order-nya ya diterima," sebutnya.

Beberapa tahun bersama, Rico dan pengrajin tersebut pun berpisah dengan alasan perbedaan visi. Apalagi, kata Rico, tuntutan kualitas produk dari konsumen kian tinggi. Sementara, menurut dia, pengrajin kurang memperhatikan kualitas.

Usaha Rico akhirnya fokus kepada produk-produk dari kulit.  Bahan baku produk Rico hampir semua dari dalam negeri. Ia tidak menggunakan cat supaya terkesan natural. Kulitnya juga ramah lingkungan. "Istilahnya vegetable tanned," ucapnya.

Terkait modal, ia mengaku tak pernah merasa kesulitan. Kuncinya adalah kredibilitas. Ketika itu dipunyai, bantuan seperti pinjaman dana ataupun bahan baku mengucur. "Tunjukin kredibilitas dulu, prestasi kita apa. Adalah yang nawarin modal. Nggak kesulitanlah. Bisa diusahakan lebih mudah ketimbang teknis," tegas Rico.

"Modal bisa pinjam dari keluarga dan teman tapi harus tanggung jawab," lanjutnya.

Hal yang menjadi kendala justru sumber daya manusianya. Tidak ada sekolah atau pelatihan khusus untuk membuat tas. Ia lantas harus mengadakan pelatihan sendiri bagi karyawannya. Spesialisasi dalam bekerja ia bentuk. "Kita bikin spesialisasi, ada yang ngelem, yang jahit. Di tempat kita tidak satu orang buat dari awal sampai akhir," paparnya.

Tadinya, ia hanya punya lima karyawan termasuk dirinya dan lokasi produksinya dilakukan di garasi rumah orang tuanya. Sekarang, usaha M Joint telah memiliki sekitar 100 karyawan dan lokasi produksi pun bergeser ke belakang rumah supaya bisa menampung karyawannya.

Utamanya sekarang ini, Rico membuat tas dan dompet kulit. Ini lantaran keduanya sudah ada dari zaman dahulu kala. Ia berusaha membuat produk kulitnya tersebut berkualitas baik. Dengan begitu, produknya pasti dicari konsumen. "Ya kayak kuliner enak walau tempatnya terpencil, orang pun datang sekalipun terpelosok," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com