Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tas Buatan Rico Serbu Ratusan Toko di Eropa

Kompas.com - 22/05/2012, 09:02 WIB
Ester Meryana

Penulis

Alhasil, pemasaran produk kulitnya ini berlangsung dari mulut ke mulut. Atau, bisa dari relasi bisnis dan pameran yang diikutinya. Dari pameran itulah, usaha Rico berhasil mendapatkan buyer. Salah satu pameran yang pernah diikutinya yakni di Frankfurt, Jerman, pada tahun 2007. Ia dibawa oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional. "Promosi itu penting nggak pentingnya ya lihat kemampuan kita kalau belum layak kenapa promosi itu sama dengan mempermalukan diri sendiri," sambung dia.

Rico menyebutkan, produksi tasnya bisa mencapai 2.500-3.000 buah setiap bulan. Tapi jumlah itu tergantung desain. Bila rumit otomatis lebih sedikit. Sebagian besar, yakni sekitar 90 persen produk kulitnya berupa tas. Sisanya berupa dompet. Sebagian besar produknya menyasar pasar internasional. Tahun 1998, produk Rico sudah masuk ke pasar Jepang meski kuantitasnya tidak banyak. Pengiriman ke Jepang pun tidak berlanjut lagi karena produknya kalah bersaing dengan produk buatan China.

Sekarang ini, tas dan dompet kulitnya pun menyasar Eropa dan Australia. 80 persen dari total produksi ia lepas ke Eropa ,15 persen ke Australia dan sisanya baru untuk pasar dalam negeri. Produk Rico yang di Eropa sudah mengisi etalase 450 toko, dijual sesuai dengan merek setempat.

Adapun untuk penjualan di pasar lokal, Rico hanya memasarkan melalui pameran atau penjualan di rumahnya. "Kalau mau barang saya ya cari di Eropa, Australia, atau ke rumah, atau di pameran gini," katanya.

Sekarang ini, ia berusaha mempertahankan pasar di kedua negara itu. Itu saja ia merasa kewalahan mengerjakan jumlah produksi yang terbilang besar. Sampai-sampai, Rico harus lembur hingga malam. Kondisi yang demikian membuat upaya membuat merek sendiri pun agak terhambat. Ia sedang berusaha mempatenkan merek pribadi yang sudah disiapkannya. Belum lagi ia harus siap memproduksi dalam jumlah yang lebih besar untuk mengisi pasar Tanah Air.

Mengenai omzet, pria yang telah berkeluarga ini tidak bersedia memberikan detil angkanya. Ia beralasan usahanya masih kecil dibandingkan bisnis kulit lainnya. Namun, ia mengisyaratkan, penjualan produknya bisa mencapai miliaran rupiah dalam setahun. Ini dihitung dari harga produk yang lumayan. Untuk dompet, ia memasang harga antara Rp 50.000-Rp 150.000 per buah, sementara tas dengan kisaran Rp 300.000-Rp 600.000 untuk harga grosir.

"Naik terus omzet. Dari 3 tahun terakhir naik 15 persen. Tapi kan juga keuntungan belum tentu naik karena euro bisa turun dan biaya dalam negeri bisa naik," sebutnya.

Ke depan, Rico berupaya menyasar pasar Timur Tengah, seperti Dubai. "Dubai sudah ada order dari buyer di Belanda. Tapi, barang dikirim langsung," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com