Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bursa Saham Waspada

Kompas.com - 25/06/2012, 02:53 WIB

Jakarta, Kompas - Dampak negatif penurunan peringkat 15 bank besar global bagi perekonomian nasional, khususnya pasar modal dan pasar keuangan, diperkirakan minim. Namun, regulator dan pelaku pasar modal tetap diminta agar mewaspadai dampak psikologis turunan dari hal itu.

Ekonom Mirza Adityaswara menyatakan, penurunan peringkat itu bukan hal yang mengejutkan karena kondisi Eropa dan Amerika Serikat (AS) memang masih buruk. Mengingat kondisi ekonomi sekaligus pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia, jauh lebih baik daripada Eropa dan AS, penurunan peringkat tersebut seharusnya tidak berdampak secara signifikan.

”tetapi, tentu saja kita belum bisa optimistis terhadap arah pasar modal kita karena memang ekonomi Eropa masih terus memburuk,” kata Mirza di Jakarta, Minggu (24/6).

Pelaku pasar, Edwin Sinaga, mengingatkan agar dampak psikologis pasar tetap diwaspadai. Salah satunya adalah keluarnya arus modal investor asing di pasar keuangan, khususnya jangka pendek, karena akan berdampak langsung pada nilai tukar.

”Pertama-tama, Bank Indonesia dengan instrumen-instrumen yang dimiliki. Senjata terakhir melalui suku bunga, tetapi itu kalau sangat terpaksa. Pemerintah juga dapat melakukan pengurangan subsidi sehingga kebutuhan dollar AS untuk impor dapat diturunkan,” kata Edwin.

Pengamat pasar modal Yanuar Rizky menyatakan, pasar uang kita mendapat sentimen negatif dari penurunan peringkat itu. Itu disebabkan banyak emiten swasta yang mengambil repo saham dengan pembeli bank-bank yang diturunkan peringkatnya itu.

”Ketika pinjaman diberikan, terjadi arus masuk dollar AS sehingga rupiah menguat. Kini mereka akan menarik dana dollar AS di pasar kita dengan alasan menambal kerugian sehingga potensial melemahkan nilai mata uang kita,” kata Yanuar Rizky.

Peluang

Namun, kondisi itu menjadi kesempatan bagi perbankan nasional. Menurut Mirza, secara keseluruhan, perbankan Eropa dan AS sudah mengurangi kredit ke luar negeri karena modal mereka kurang. Jadi, emiten di Indonesia akan bergantung pada kredit perbankan dalam negeri dan perbankan Asia ataupun pengelola keuangan dari luar negeri.

Lebih jauh, Yanuar Rizky mengajak para pemangku kepentingan di pasar uang untuk waspada dengan penurunan peringkat itu. Ia menduga ada praktik politik lembaga pemeringkat.

Bank-bank di AS yang sekarang terkena koreksi, misalnya, sebelumnya sudah dinaikkan peringkatnya saat pemulihan. Kondisi yang sama menimpa India, yang peringkatnya diturunkan secara tiba-tiba. Salah satu alasannya, praktik korupsi memengaruhi atmosfer bisnis di sana.

”Politik pasar di balik pemeringkat itu terindikasi, yakni ketika hendak memasukkan dananya, lembaga dan atau negara tersebut dipuji-puji. Namun, lalu dana panas itu digoyang dan disapu dengan isu sebaliknya saat mereka akan masuk,” kata Yanuar Rizky.

Penurunan peringkat bank membuat pasar saham dunia pada Jumat kemarin merosot, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 0,3 persen menjadi 3.890. (BEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com