Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencurian Minyak Mentah Tidak Teratasi

Kompas.com - 28/06/2012, 02:54 WIB

PALEMBANG, KOMPAS - Pencurian minyak mentah di Sumatera Selatan tak juga teratasi, dan justru bertambah parah. Pertamina EP melaporkan kerugian akibat pencurian minyak mentah pada Mei saja mencapai lebih dari Rp 270 miliar. Jumlah pencurian meningkat lagi pada Juni 2012.

Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto mengatakan, selama Mei, minyak mentah Pertamina EP yang hilang karena pencurian di Sumatera Selatan (Sumsel) mencapai 39.000 barrel atau sekitar 12 persen dari total kiriman harian di jalur pipa Tempino-Plaju. Pada Juni, jumlah minyak yang hilang meningkat jadi 18 persen dari total minyak mentah yang dikirimkan.

”Minyak yang hilang juga aset negara. Pencurian ini berarti mengurangi pemasukan untuk negara,” kata Agus saat dihubungi dari Palembang, Rabu (27/6).

Modus pencurian dilakukan dengan melubangi pipa (hot tapping) di jalur pipa sepanjang 40 kilometer (km) itu. Pencurian terbanyak terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin. Di beberapa titik, pengambilan minyak mentah dilakukan secara terbuka dengan melibatkan masyarakat lokal. Para pengambil minyak mentah kemudian menjual ke penadah yang biasanya berada di sekitar titik pipa yang dilubangi.

Menurut Agus, kasus ini telah berulang kali disampaikan ke pihak kepolisian. Namun, sejauh ini pencurian masih terjadi.

Atas kerugian itu, Pertamina EP mengancam akan menghentikan penyaluran minyak mentah. Ancaman ini akan diberlakukan jika pencurian mencapai lebih dari 30 persen. Penghentian suplai akan berdampak pada kelangkaan bahan bakar minyak untuk kota-kota di Sumsel serta bahan bakar pesawat (avtur).

Hal ini karena minyak di Sumsel merupakan bahan baku pembuatan avtur. ”Kerugian karena pencurian lebih dari 30 persen akan sangat berat sehingga apa boleh buat, kami harus menghentikannya untuk membersihkan hot tapping,” ujar Agus.

Kepala Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) Gunawan Budi Priyono mengatakan, meskipun beberapa dilakukan secara terbuka, pihaknya kesulitan menghentikan aksi kriminal itu karena berhadapan dengan masyarakat. Upaya penutupan salah satu lokasi pengeboran liar pernah mendapat perlawanan dari warga. ”Kami tak berani jika harus berhadapan dengan rakyat,” ujarnya.

Data BP Migas Sumbagsel memperlihatkan frekuensi pencurian minyak mentah meningkat drastis sejak 2010. Pada 2009 tercatat 10 kali. Tahun 2010 menjadi 131 kali, yang tersebar di 11 titik per bulan. Tahun 2011 tercatat 420 kali di 35 titik per bulan. Januari-Mei 2012 tercatat 351, rata-rata 87 titik per bulan.

”Untuk tahun ini akan jauh meningkat dari tahun sebelumnya jika tak ada upaya penghentian. Baru Mei saja sudah ada 300 lebih pencurian,” kata Gunawan.

Sejak 2010, BP Migas telah bekerja sama dengan kepolisian untuk penjagaan minyak mentah sebagai salah satu aset negara. Saat ini satu tersangka pencurian tengah dalam proses peradilan.

Tidak tepat

Penggunaan bahan bakar bersubsidi jenis solar di Kalimantan, ternyata tidak tepat sasaran. Survei Pertamina di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan menunjukkan, separuh pengguna solar subsidi adalah kendaraan roda enam ke atas yang merupakan mobil industri.

”Padahal, kendaraan industri seperti truk-truk pertambangan, perkebunan, dan kehutanan, seharusnya menggunakan solar nonsubsidi. Bisa disimpulkan, sebenarnya kuota solar subsidi setidaknya untuk dua provinsi tersebut, cukup,” ujar Bambang Irianto, Asisten Manajer Eksternal Pertamina Unit Pemasaran VI Kalimantan, Rabu.

Survei Pertamina itu dilakukan tiga hari selama Juni ini, dengan sasaran acak 12 SPBU di sejumlah kota/kabupaten di Kaltim dan Kalsel. Sebanyak 2.039 kendaraan diesel diambil sebagai sampel. Hasilnya, tercatat 51 persen dari jumlah sampel tersebut adalah truk roda enam ke atas mengisi tangki dengan solar subsidi.

Hingga kemarin, antrean pengendara membeli BBM bersubsidi di sejumlah SPBU di Kalbar masih terjadi. Kalbar dapat tambahan kuota, tetapi sampai saat ini belum didistribusikan. Antrean terutama terjadi pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar.(IRE/AHA/PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com