Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Menolak Teori Ancaman

Kompas.com - 29/11/2012, 05:09 WIB

Semakin kuat perekonomian China, semakin besar potensi menjadi kekuatan militeristik. Kasus kebangkitan Jerman awal abad ke-20 telah menjadi salah satu contoh yang menunjukkan potensi itu. Akan tetapi, China gelisah dengan ketakutan negara-negara tetangga yang ia sebut sebagai ”teori ancaman” itu.

Xu Dunxin, mantan Wakil Menteri Luar Negeri China, langsung menuding Jepang sebagai salah satu pionir penyebar teori ancaman itu. Xu, yang pernah menjadi Duta Besar China di Jepang, mengatakan, di ”Negeri Sakura” itu teori ancaman memang dicuatkan secara luar biasa.

Dalam diskusi dengan pers Indonesia di rumah Dubes China untuk Indonesia, Liu Jianchao, di Jakarta, Jumat (23/11), Xu mengingatkan, ada faktor politik dari sayap kanan Jepang yang gencar menekankan sentimen nasionalisme fanatik. China menjadi salah satu faktor menakutkan yang dimainkan politisi ultrakanan, seperti Shintaro Ishihara, yang kini menjabat Gubernur Tokyo.

Xu menambahkan, ada kekuatan lain di balik penonjolan teori ancaman ini. Dia tidak secara langsung menyebutkan AS, tetapi Xu mengatakan, penyebaran teori ancaman ini juga disetir menjadi pendorong negara-negara Asia berlomba memperkuat persenjataan. Ada sisi bisnis senjata di balik pencuatan teori ancaman ini.

Meski demikian, sikap China terhadap ASEAN pun menunjukkan gejala perubahan dan terkesan lebih keras. Contohnya adalah sikap China yang tak mau membahas sengketa Kepulauan Paracel dan Spratly di Laut China Selatan dalam format ASEAN.

China dulu masih mau membahas isu Laut China Selatan lewat ASEAN. Namun, kini, China hanya mau membahas isu sengketa dengan setiap negara pengklaim, yakni Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei, bukan dengan ASEAN.

Memicu kisruh

Xu mengakui hal itu. Namun, dia menjelaskan, isu ini sebenarnya isu lama, tetapi tidak pernah menjadi begitu besar seperti terjadi dalam dua tahun terakhir. Lagi-lagi Xu menekankan kekuatan asing yang memiliki kepentingan turut memicu kisruh dalam sengketa wilayah ini.

Menurut dia, China bukan tak mau berdialog dengan ASEAN dan masing-masing negara anggota ASEAN. China hanya merasa sangat tidak suka karena mencium ada kekuatan asing yang mencoba masuk dengan mendikte ASEAN. Kekuatan asing sedang bermain dengan China lewat ASEAN.

Gong Yingchun, profesor dari China Foreign Affairs Institute, mengatakan, sebenarnya tak ada isu signifikan yang harus dicuatkan terkait Spratly dan Paracel. China tak pernah menolak berdiskusi soal Spratly dan Paracel serta tak menginginkan sama sekali ada bentrokan senjata di kepulauan ini.

Soal sengketa wilayah yang oleh China diminta dibahas sendiri-sendiri dengan masing-masing anggota ASEAN itu karena sengketa wilayah memang harus dibahas di antara setiap pengklaim wilayah. Gong menambahkan, China tetap mau mencari solusi damai.

Liu Jiangyong, Wakil Dekan Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Tsinghua, menambahkan, China melihat kawasan sebagai mitra yang harus tumbuh bersama. Dengan kata lain, China tak berniat menenggelamkan kawasan untuk larut di bawah hegemoninya. (SIMON SARAGIH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com