Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adu Strategi Jual Roti

Kompas.com - 25/02/2013, 07:35 WIB

KOMPAS.com - Seorang usahawan di DKI Jakarta berkunjung ke Singapura untuk melihat sebuah perusahaan roti, yang baru melepas produk terbaru. Ia terheran-heran melihat betapa panjang antrean untuk membeli roti tersebut. Yang menarik, semua pembeli pulang dengan menenteng kantong plastik penuh roti.

Kembali ke Jakarta, pengusaha ini mengumpulkan beberapa staf ”ring satunya” membahas kemungkinan membuka perusahaan roti dengan rasa dan aroma serupa dengan yang laris manis di Singapura itu. Ia meminta ahli pembuat rotinya untuk mencoba membuat roti tersebut. Setelah percobaan dilakukan sampai delapan kali, usahawan ini puas. ”Rasa dan aroma hampir sama, kita bisa mulai produksi untuk dijual informal kepada pembeli,” tuturnya di Jakarta, pekan lalu.

Ia pun meminta staf pemasaran dan penjualan untuk mengamati pasar. Beberapa di antaranya ia tugasi melihat dari dekat bagaimana cara penjual roti di mal meraih sukses. Ada pula yang mengamati perilaku pembeli, termasuk pola pelayanan di toko-toko roti. Diam-diam beberapa di antara staf tersebut mewawancarai pembeli roti untuk mengetahui seperti apa keinginan atau selera mereka.

Staf yang lain berkeliling pelbagai gerai roti di mal atau pusat belanja untuk meraih inspirasi guna membuat gerai baru yang paling baik atraktif. Para calon pelayan gerai roti dilatih agar bisa tampil menarik. Tidak cemberut kepada pembeli.

Setelah itu, ia menyewa sebuah tempat di sebuah mal yang ramai. Cukup mahal sewa untuk tempat seluas 98 meter persegi di sana. Pengusaha ini sempat kaget, tetapi karena sudah telanjur melangkah, ia tetap percaya diri.

Menjelang gerai dibuka, ia fokus pada strategi panic buying. Usahawan yang bergerak di pertambangan dan ritel ini mengajak teman dekat, keluarga, bahkan staf dari unit usaha lain untuk ramai-ramai antre di gerai roti. Masyarakat pun heboh, dan timbul rasa ingin tahu, seperti apa roti yang baru dilepas ini. Antrean panjang pun terjadi. Mengular hingga 50 meter sampai mendekati pintu masuk mal. Bukan main.

Gaya panic buying ini hanyalah salah satu instrumen membuat produk lebih cepat laku. Akan tetapi, instrumen yang beraroma tipuan ini hanya bumbu penyedap, sebab taktik panic buying tidak bisa dilakukan dalam jangka panjang. Fungsinya hanya bikin heboh, mengejutkan, dan menggedor keinginan belanja masyarakat selama beberapa pekan. Tidak bisa dipakai selamanya.

Hal yang lebih penting dari itu adalah bagaimana membuat roti yang sangat bermutu dan punya diferensiasi. Enak, tanpa pengawet, tapi tidak cepat basi. Harganya pun tak mencekik. Kalau ini semua terpenuhi, lalu ada diskon khusus selama dua bulan penuh, ditambah dengan instrumen panic buying rasanya pengusaha ini akan meraih cash cow baru.

Tahap berikutnya, ia bukan lagi memburu pemilik mal, tetapi pemilik mal yang membujuk dia agar membuka gerainya di mal tersebut. Di sinilah menariknya bisnis.

Akan tetapi, pengusaha tersebut tidak boleh lengah. Ia harus terus mencari terobosan baru untuk membuat rotinya tetap pada peringkat tinggi di mata konsumen. Ia terus memperbaiki mutu layanan, mutu produk, dan mutu stan agar selalu sedap dipandang mata.

Strategi panic buying juga dilakukan sejumlah pebisnis lain, di antaranya properti. Segelintir pengembang masih suka menggunakan kalimat-kalimat seperti, ”Lima hari lagi harga akan naik. Harga pekan lalu Rp 2 miliar. Sekarang Rp 3 miliar. Hanya dalam satu minggu, 90 persen ruko terjual, tersisa delapan ruko lagi.” (Abun Sanda)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com