Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewa Memajukan Singkawang

Kompas.com - 27/02/2013, 14:00 WIB

KOTA Singkawang, Kalimantan Barat, menjadikan tradisi Cap Go Meh atau tradisi turunnya dewa langit ke bumi sebagai daya tarik wisata. ”Perayaan Cap Go Meh jangan hanya jadi milik Singkawang dan warga Tionghoa. Cap Go Meh milik bangsa, harus dijual ke luar negeri sebagai wisata untuk menghapus kemiskinan,” kata Gubernur Kalbar, Cornelis, Minggu (24/2/2013) lalu.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun mendorong Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan Cap Go Meh Singkawang adalah satu-satunya warisan dunia dari budaya Tionghoa yang tersisa. ”Di daratan China, tradisi itu sudah punah,” kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono datang bersama Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo dalam rangkaian Tour d’Khatulistiwa, balap sepeda Pontianak-Singkawang, yang menambah warna internasional pada perayaan itu. Sekitar 300 peserta, antara lain dari Brunei, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan China, menyertai mereka. Kegiatan itu menempuh jarak 153 kilometer di bawah sinar matahari Kalbar yang terik.

Ratusan dewa

Perayaan Cap Go Meh, yang dijadikan festival, dengan acara yang dinanti-nanti, adalah perarakan tatung atau dewa. Tatung dipahami sebagai wujud kehadiran fisik dewa untuk membersihkan bumi dari segala bahaya. Tahun ini, tatung yang merasuk dalam diri manusia hingga kesurupan ditertibkan dan didaftar. Jumlahnya mencapai 751 orang.

”Ada 751 tatung yang diarak keliling kota. Warga Singkawang yakin, dewa telah membersihkan kota dari mara bahaya,” ujar Hari, Ketua Panitia Festival Cap Go Meh di Singkawang, Minggu.

Cornelis menyebut perarakan tatung ini sebagai magic festival atau festival sihir. Tatung selama arak-arakan akan melakukan aksi sesungguhnya, seperti menusukkan benda tajam ke pipi, berdiri di atas pedang, atau aksi lain yang memiriskan hati. Selain dampak spiritual yang ditimbulkannya, atraksi ini juga meningkatkan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri ke Singkawang.

Wisatawan tidak hanya tertarik pada keajaiban para tatung Cap Go Meh, tetapi juga mendatangi kelenteng tertentu, menyaksikan atraksi barongsai, berwisata kuliner makanan tradisional Tionghoa, dan menikmati sajian tradisional Kalbar lainnya. Hasilnya, pada gilirannya bisa memajukan Singkawang.

Dengan demikian, Festival Cap Go Meh tumbuh tidak hanya menjadi kegiatan ritual religius, tetapi juga memberikan makna ekonomis bagi masyarakat. Cap Go Meh dikultivasi sebagai komoditas.

Tatung bisa diikuti anak, remaja, atau orang tua, lelaki atau wanita. Mereka yang menjadi tatung tidak hanya warga Singkawang, tetapi bisa juga warga dari luar daerah, seperti Jakarta dan Pontianak, asalkan mereka kerasukan roh.

Menurut anggota DPRD Kota Singkawang, Donny Sun, warga Tionghoa mencapai 60 persen dari seluruh penduduk kota itu. Mereka melebur dengan etnis lain. (ody)

 

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com