Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/03/2013, 08:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah belum berhasil memutuskan tentang konsep pembiayaan studi kelayakan proyek Jembatan Selat Sunda. Masih terjadi beda pandangan yang prinsip atas proyek yang ditaksir lebih dari Rp 100 triliun tersebut.

”Terus terang saja memang belum ada kata kesepakatan antara apakah menggunakan APBN atau tidak. Saya tetap kekeuh mengatakan non-APBN,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Kamis (28/2/2013).

Menurut Hatta, beda pandangan itu terjadi antara Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo dan sejumlah menteri terkait lainnya. Agus menginginkan studi kelayakan dilakukan sendiri oleh pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sementara menteri lain, termasuk Hatta, menginginkan studi kelayakan tidak dari APBN.

”Semua itu maksudnya baik, tapi yang penting buat kita adalah bagaimana ini bisa dilaksanakan dengan tetap menjaga akuntabilitasnya,” kata Hatta.

Masih adanya beda pendapat tentang konsep pembiayaan studi kelayakan Jembatan Selat Sunda, kata Hatta, menyebabkan pembahasan ditarik sampai tingkat Wakil Presiden Boediono. Wacana terakhir yang muncul dalam pembahasan adalah melibatkan badan usaha milik negara (BUMN) dalam proyek tersebut.

Saat ditanya apakah dana BUMN kuat membangun megaproyek tersebut, menurut Hatta, ada kemungkinan bisa jika ada sinergi yang solid. Alternatif lain adalah kolaborasi antara BUMN dan swasta.

”Sebab kalau pakai APBN, kasihan yang lain. Proyek itu sekitar Rp 180 triliun. Studinya saja Rp 1 triliun. Kalau mau pakai APBN, kita masih perlu irigasi, jalan-jalan pedesaan, rumah sakit, dan infrastruktur yang lain,” kata Hatta.

Hatta berharap pada Maret ini pembahasan bisa dilanjutkan kembali sehingga paling tidak studi kelayakan bisa dimulai tahun ini.

Ekonom Faisal Basri berpendapat, proyek Jembatan Selat Sunda adalah proyek sesat. Dari sisi pembiayaan, swasta tidak mungkin mau mengeluarkan anggaran yang cukup masif tanpa adanya dukungan pemerintah melalui kucuran APBN.

”Mana ada swasta mau mengeluarkan dana untuk membiayai proyek yang anggarannya sangat besar dan baru mulai mendapatkan pemasukan 15 tahun kemudian,” kata Faisal.

Udang dibalik batu yang dimaksud Faisal adalah konsesi kepada pihak swasta. Ini bisa berupa konsesi lahan yang luas di Sumatera dan Jawa. (LAS)

 Baca juga:
Tomy Winata Minta Jembatan Selat Sunda Segera Diputuskan
Jembatan Selat Sunda Jangan Jatuh ke Asing
Proyek Jembatan Selat Sunda Sesat Pikir?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Rhenald Kasali: Literasi Digital dan Bahasa Keuangan Jadi Kunci Kuasai Uang

Rhenald Kasali: Literasi Digital dan Bahasa Keuangan Jadi Kunci Kuasai Uang

Whats New
Pengamat: Bursa CPO Bukan Solusi untuk Permasalahan Industri Sawit di RI

Pengamat: Bursa CPO Bukan Solusi untuk Permasalahan Industri Sawit di RI

Whats New
Goldman Sachs Sebut China Alami Peningkatan Permintaan Tembaga, Besi, dan Minyak

Goldman Sachs Sebut China Alami Peningkatan Permintaan Tembaga, Besi, dan Minyak

Whats New
Bantu Petani Karet, PGN bersama Masyarakat Kembangkan Pupuk Organik Terjangkau

Bantu Petani Karet, PGN bersama Masyarakat Kembangkan Pupuk Organik Terjangkau

Whats New
Ada Konflik di Rempang, Menteri Bahlil: Xinyi Paham Kondisi Saat Ini

Ada Konflik di Rempang, Menteri Bahlil: Xinyi Paham Kondisi Saat Ini

Whats New
Meski Sudah Diresmikan, Tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung Belum Ditetapkan

Meski Sudah Diresmikan, Tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung Belum Ditetapkan

Whats New
'Wealth Wisdom' PermataBank Edukasi Pentingnya Pemahaman Konsep Kekayaan Holistik

"Wealth Wisdom" PermataBank Edukasi Pentingnya Pemahaman Konsep Kekayaan Holistik

Whats New
RI Butuh Banyak Talenta Digital untuk Data Center, Ini Upaya yang Bisa Dilakukan

RI Butuh Banyak Talenta Digital untuk Data Center, Ini Upaya yang Bisa Dilakukan

Whats New
TKD 2024 Capai Rp 857,6 Triliun, Dialokasikan untuk Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah hingga Gaji PPPK

TKD 2024 Capai Rp 857,6 Triliun, Dialokasikan untuk Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah hingga Gaji PPPK

Whats New
Ombudsman: Penyaluran KUR dari Perbankan ke UMKM Belum Optimal

Ombudsman: Penyaluran KUR dari Perbankan ke UMKM Belum Optimal

Whats New
Menteri Bahlil: Warga Rempang Tak Tolak Investasi, Tapi Minta Syarat Ini Dipenuhi

Menteri Bahlil: Warga Rempang Tak Tolak Investasi, Tapi Minta Syarat Ini Dipenuhi

Whats New
Harga Pertamax Cs Naik Dinilai Tidak Berdampak Signifikan ke Inflasi

Harga Pertamax Cs Naik Dinilai Tidak Berdampak Signifikan ke Inflasi

Whats New
Meski Diresmikan Hari Ini, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Baru Beroperasi Besok di 3 Stasiun

Meski Diresmikan Hari Ini, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Baru Beroperasi Besok di 3 Stasiun

Whats New
UMKM Masih Terkendala Akses KUR, Ombudsman Usulkan 5 Hal Ini

UMKM Masih Terkendala Akses KUR, Ombudsman Usulkan 5 Hal Ini

Whats New
Dukung Bursa Karbon RI, Ini Langkah Anak Usaha Pertamina Kurangi Emisi

Dukung Bursa Karbon RI, Ini Langkah Anak Usaha Pertamina Kurangi Emisi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com