Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumut Krisis Energi, Pemadaman Bergilir Diprotes Warga

Kompas.com - 09/04/2013, 12:13 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Hampir seluruh warga Sumatera Utara saat ini dibuat kesal karena pemadan bergilir yang dilakukan PT PLN Sumut. Tak tertinggal pula Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara (Walhi Sumut) yang menyatakan kejadian ini sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, dan kini terulang lagi.

Menurut Direktur Eksekutif Walhi Sumut Kusnadi, Pemprov Sumut harus mengambil langkah fundamental dalam mengatasi krisis energi khususnya listrik. Bentuknya dalam jangka pendek adalah dengan melakukan modernisasi PLTD di Belawan. Kemudian berkoordinasi dengan kantor kementerian terkait seperti BUMN, ESDM, dan Kehutanan.

"Bentuk koordinasi dimaksud dalam rangka mendorong dan mewujudkan Sumut berdaulat dan mandiri dalam pemenuhan energi khususnya listrik," kata Kusnadi, Selasa (9/4/2013).

Potensi energi terbarukan di Sumut telah diabaikan sekian lama. Akibatnya, Sumut sangat tergantung sekali dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang sangat rakus solar, sehingga banyak menghisap subsidi BBM dan menggerus APBN.

"Gubernur harus menyediakan karpet merah untuk para pebisnis yang bergerak di bidang renewable energy. Yakinkan "Jakarta" bahwa Sumut sedang dalam situasi krisis energi. Dibutuhkan extraordinary kebijakan dalam penanganan krisis ini. Usulkan untuk bongkar kebijakan penyesuaian harga beli listrik/kwh (feed-in tariff) yang ditetapkan PLN karena tidak membuat pebisnis bergairah memasuki sektor ini," katanya lagi.

Khusus untuk renewable energy di sektor geotermal dan hidro, menurut Walhi, keengganan investor karena tidak ada kesungguhan dan jaminan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dalam menjaga kelestarian hutan. Kelestarian hutan menjadi penting dan utama dalam menjaga stabilitas pasokan air untuk sektor tersebut.

Saat ini, beberapa PLTA yang sudah beroperasi di Sumut dihadapkan dengan biaya operasional yang tinggi karena harus mengangkat endapan sedimen di bendungan dan frekuensi pengganti saringan air yang tergolong tinggi. "Penyebab banyaknya sedimen di bendungan karena hutan yang berada di bagian hulu sungai dan di sekitar PLTA mulai rusak sehingga suplai dan laju run off air tidak sempurna," kata Kusnadi.

Sementara itu, ratusan orang dari Pemuda Muslimin Indonesia Kota Medan melakukan aksi demonstrasi di depan kantor PT PLN (Persero) Wilayah I Sumbagut pada Senin (8/4/2013) kemarin. Massa meminta tidak mematikan lampu setiap hari dan PT PLN Sumbagut membeli mesin pembangkit listrik yang baru.

"Kami sudah muak dengan bualan PLN yang katanya mesin sedang perawatan, pemeliharaa, kenapa tidak beli mesin baru saja jika memang mesinnya sudah rusak dan perlu banyak perawatan yang jelas-jelas merugikan masyarakat atas pemadaman yang dilakukannya," kata Ahmad Arifin kemarin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com