Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Pajakdi Bawah Target

Kompas.com - 08/05/2013, 03:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Pelemahan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 langsung berakibat pada melambatnya pertumbuhan penerimaan pajak. Kondisi ini bakal memperlebar defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dari sisi pendapatan. Sebelumnya, pembengkakan subsidi bahan bakar minyak di sisi belanja bakal melebarkan defisit anggaran sampai 3,8 persen, melebihi ketentuan undang-undang sebesar 3 persen dari produk domestik bruto.

”Penerimaan pajak kita di triwulan pertama (tahun 2013) drop sekali. Jadi, pertumbuhan ekonomi yang turun tecermin langsung pada penerimaan pajak. Realisasi triwulan I di bawah target kita,” kata Direktur Pajak Fuad Rahmany kepada wartawan di Jakarta, Selasa (7/5).

Realisasi penerimaan pajak per 30 April 2013 adalah Rp 269,33 triliun atau 25,84 persen dari target setahun. Dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan tahun lalu, pertumbuhannya hanya 9 persen. Padahal, untuk mencapai target pajak tahun 2013 senilai Rp 1.042 triliun, diperlukan pertumbuhan 24,79 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 adalah 6,02 persen, lebih rendah dari pada target setahun 6,8 persen. Artinya, pelambatan pertumbuhan penerimaan pajak lebih besar daripada pelambatan pertumbuhan ekonomi atau PDB.

Menurut Fuad, penurunan realisasi penerimaan pajak terjadi pada sektor ekspor-impor, seperti Pajak Penghasilan (PPH) dari perusahaan eksportir. Pertumbuhan PPH nonmigas pada Januari-April adalah 2,13 persen. Naik tipis dari Rp 139,98 triliun tahun 2012 menjadi Rp 142,97 triliun pada tahun ini. Padahal, pada periode yang sama tahun 2012 mengalami pertumbuhan 10,52 persen.

Meski demikian, realisasi penerimaan pajak Januari-April 2013 secara agregat naik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2012. Ini disokong adanya wajib pajak baru hasil ekstensifikasi dan tingginya konsumsi domestik yang tecermin dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Dari sisi nilai, PPN dan PPnBM memberikan sumbangan terbesar. Pertumbuhannya 18,14 persen. Ini mengonfirmasi kinerja konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang utama PDB pada triwulan I-2013 sebesar 2,87 persen. PPN dan PPnBM adalah pajak yang berkaitan dengan transaksi dalam negeri.

”Kami sudah lapor kepada menteri keuangan dan kasih tahu gambaran potensi pajak. Dari perusahaan yang ada, agak turun karena transaksi turun, laba usaha turun. Oleh karena itu harus ekstensifikasi. Mudah-mudahan ini semua akan diakomodasi dalam APBN Perubahan 2013,” kata Fuad. Pemerintah dan DPR dijadwalkan akan memulai pembahasan APBN-P 2013 pada pekan kedua bulan Mei.

Sementara itu, ekonom Faisal Basri berpendapat, target penerimaan pajak Rp 1.042 triliun didasarkan atas asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8 persen. Ketika realisasi triwulan I-2013 adalah 6,02 persen, maka pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan turun. Dengan demikian, realisasi penerimaan pajak pun terkoreksi.

Namun, hal yang harus diwaspadai, kata Faisal, penurunan pertumbuhan pajak lebih besar dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan PDB, padahal semestinya yang terjadi sebaliknya. ”Itu tidak normal. Seharusnya penurunan pertumbuhan pajaknya tidak serendah itu. Hitungan kasarnya, kalau meleset (pertumbuhan pajak) sekitar 20 persen. Jadi, ini perlu ada penelaahan saksama tentang apa penyebabnya,” kata Faisal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
OJK Cabut Izin Usaha Koperasi LKM Pundi Mataran Pati

OJK Cabut Izin Usaha Koperasi LKM Pundi Mataran Pati

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com