Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

INDEF: Tiga Perusahaan Kuasai Kuota Impor Kedelai

Kompas.com - 10/09/2013, 16:42 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, mensinyalir tingginya harga kedelai disebabkan adanya praktik kartel dalam kuota impor kedelai.

Praktik kartel tersebut melibatkan tiga perusahaan yang menguasai kuota impor kedelai sebesar 66,33 persen. "Hasil investigasi kami menemukan bahwa ada tiga perusahaan yang menguasai impor kedelai. Satu perusahaan bahkan hampir monopoli," ujarnya di Jakarta, Selasa (10/9/2013).

Enny menyebutkan, dari 14 perusahaan importir yang terdapat dalam Surat Persetujuan Impor (SPI) kedelai dari Pemerintah pada tanggal 28-29 Agustus, ada tiga perusahaan importir yang memegang kuota impor terbesar.

Perusahaan tersebut masing-masing adalah PT FKS Multi Agro yang menguasai kuota terbesar dengan 46,71 persen (210.600 ton), PT Gerbang Cahaya Utama sebesar 10,31 persen (46.500 ton), dan PT Budi Semesta Satria sebesar 9,31 persen (42.000 ton).

"Sementara perusahaan-perusahaan lain hanya mendapat kuota di bawah 5 persen," katanya.

Selain itu, Bulog sebagai penyangga stok dan stabilisator harga, hanya mengantongi kuota impor sebaanyak 20.000 ton (4,44 persen), meskipun belakangan diusulkan ditambah menjadi 100.000 ton.

Dengan semakin menipisnya peran Bulog dan adanya kartel tersebut, posisi tawar (bargaining position) petani semakin melemah. "Petani diharuskan mengikuti harga yang telah ditetapkan oleh kartel. Kalau di Bulog kan ada harga terendah," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti INDEF lainnya, Didik J Rachbini menyatakan bahwa dengan adanya praktik kartel dalam tata niaga kedelai tersebut, para importir bisa menentukan harga kedelai melalui kesepakatan di antara mereka.

"Dengan adanya pemberian kuota yang besar, pemerintah mendorong adanya kartel," kata Didik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com