Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, terjadi penurunan sebanyak 4,77 juta rumah tangga dibanding 2003, yang sebanyak 19,02 juta rumah tangga petani gurem. Petani gurem adalah petani yang mengolah lahan kurang dari 0,5 hektar.
”Banyak yang karena luasnya kecil, disewakan saja, sementara yang memiliki tanah pindah ke sektor lain, ke perdagangan, jasa, jadi pegawai, ada juga yang dijual. Yang sangat memengaruhi penurunan jumlah petani gurem ini karena banyak lahan yang dijual dan disewakan, sehingga terjadi penurunan,” ujar Suryamin, di Jakarta, Senin (2/12/2013).
Sensus Pertanian 2013 mencatat, terjadi penurunan rumah tangga petani gurem di seluruh pulau, kecuali Maluku dan Papua. Penurunan terbesar ada di Pulau Jawa, dari 14,18 juta rumah tangga (2003) menjadi 10,18 juta rumah tangga (2013). Dari persentase itu, penurunan terbesar terjadi di Jawa Tengah, yaitu hampir 1,32 juta rumah tangga.
”Maluku dan Papua mengalami peningkatan rumah tangga petani gurem dari 0,3 juta menjadi 0,44 juta rumah tangga, ini karena Papua yang meningkat,” kata Suryamin.
Sementara itu, provinsi yang mengalami perubahan jumlah rumah tangga petani gurem terbesar adalah Banten, disusul Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Jawa Timur. ”Itu karena beralih profesi, atau dijual,” ucapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.