Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Produk Tanaman Pangan, Kulit Pisang pun Jadi Uang

Kompas.com - 04/12/2013, 09:55 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Proses produksinya tutur Zulfa, telah mengacu pada standar nasional industri (SNI), GMP, dan ACCP. Sehingga, rendang telur menjadi hygienis, dan lebih tahan lama, dari yang tadinya tiga hari kini bisa bertahan selama enam bulan.

“Jadi bahan utamanya telur, tapi bukan telur bulat terus direndang. Diproses dulu terus dibikin adonan tipis-tipis. Jadi rendang ini sudah dikemas sedemikian rupa pakai kaleng komposit,”

Rendang telur dengan merek dagang Kokoci ini pun sudah mendapat hak paten sejak 2006. Untuk pasarnya, lanjut Zulfa, Kokoci pernah menembus Hypermart dan Giant. Namun, sekarang produk ini bisa ditemukan di Lottemart serta toko oleh-oleh dan toko kue dari Aceh hingga Surabaya.

Selain sebagai penerima penghargaan Inovasi Produk Tanaman Pangan, Kokoci juga diganjar sebagai jawara pada kategori Inovasi Manajemen Bisnis Produk Peternakan.

 

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Yatinah, pengusaha rengginang ubi Mekar Sari dari Riau menerima Anugerah Produk Pertanian Berdaya Saing 2013 kategori inovasi produk tanaman pangan di kantor Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2013).


Mekar Sari, Rengginang Ubi Kayu

Jika sebagian masyarakat mengenal rengginang berasal dari beras ketan, rengginang yang satu ini lain, berbahan dasar ubi kayu. Adalah Yatinah, yang sejak 2001 bereksperimen membuat camilan aseli Riau ini dari ubi kayu.

Perempuan paruh baya ini mengaku tak mengeluarkan modal besar mengawali bisnis “Mekar Sari”. Hanya butuh Rp 150.000, kata dia. Beberapa kilogram ubi kayu, cetakan, kompor minyak, dan bumbu-bumbu, cukup sebagai modal awal. Kini ia bisa mengantongi laba bersih hingga Rp 2.000.000 per bulan.

Awalnya, ibu empat orang anak ini hanya bisa memproduksi maksimal 5 kilogram ubi kayu perhari. Sekarang, meskipun masih tergolong industri rumah tangga, kapasitas produksinya sudah meningkat menjadi enam kali.

“Tapi memang kemarin pas suami saya masih ada, saya bikin sampai 40-50 kilogram. Tapi karena sekarang saya sudah sendiri, sehingga dari kupas, sampai jadi rengginang saya tangani sendiri,” imbuhnya.

Yatinah mula-mula memasarkan rengginang matang, di toko-toko tetangga kanan-kiri rumah. Awalnya, orang-orang ragu apakah rengginang ubi kayu seenak renggginang beras ketan, istilah orang Riau beras pulut.

Perlahan tapi pasti, orang-orang mulai menyukai rengginang olahan Yatinah. Ia pun mulai menitipkan rengginang tak hanya dalam plastik-plastik kecil berisikan 4 keping, namun juga dalam toples-toples besar berisikan 50 keping.

Yatinah pun mulai menerima order rengginang kering, untuk dijual kembali oleh para pemesan. Meski mengaku belum bisa memenuhi permintaan luar kota, beberapa pembeli dari Pasir Pengarean sudah sering mengambil Mekar Sari.

“Kaya kemarin itu kan sebetulnya pesenan banyak, 800 hampir 1.000 bungkus malah. Tapi karena waktunya hujan terus aku tidak bisa mengejarnya,” ungkap Yatinah menceritakan kendala produksi rengginang.

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Ardiansyah, pengusaha minuman herbal Healthy Sweet dari Bogor menerima Anugerah Produk Pertanian Berdaya Saing 2013 kategori inovasi produk perkebunan di kantor Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2013).


Healthy Sweet, Pemanis yang Enggak Bikin Diabetes

Masih rendahnya kesadaran orang akan resiko penyakit diabetes membuat Ardiansah Febrianto mengembangkan produk pemanis yang sekaligus berkhasiat sebagai pencegah diabetes. Awalnya, pada 2010 Ardi memproduksi gula aren berbahan dasar nira, sebagai pengganti gula berbahan dasar tebu dengan label Pam Fit. Namun rupanya, produk ini kurang diminati.

Melihat kebutuhan pasar akan pemanis, sekaligus keinginannya membuat orang peduli akan resiko penyakit diabetes, Ardi pun mencoba mengembangkan produk pemanis yang berkhasiat sebagai pencegah diabetes.

Alhasil, di awal 2013 Ardi berhasil mengeluarkan Healthy Sweet. Produk ini pun telah melalui proses Quality Control (QC) yang ketat. Tak hanya sebatas khasiat produk, namun batas perubahannya hingga menjadi racun.

“Produksi maksimal Healthy Sweet sampai 1.000 boks per hari, kalau Palm Fit sudah mencapai 3 ton per hari. Distribusinya, sudah tersebar di Jabodetabek, Lampung, Tasikmalaya dan tahun depan rencananya sampai Surabaya,” ujar lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Dengan penghargaan ini, Ardi mengaku ia menjadi lebih percaya diri memasarkan produknya. Anugerah ini pun dirasa mendongkrak nilai tambah, serta memotivasinya untuk mengembangkan produk yang bersegmentasi penderita diabetes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com