Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembiayaan Pembangunan Masih Andalkan Utang Luar Negeri

Kompas.com - 08/04/2014, 20:12 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Lukita Dinarsyah Tuwo menuturkan, pembiayaan pembangunan ke depan kemungkinan masih mengandalkan utang luar negeri, meski sangat tergantung arah kebijakan Presiden terpilih.

Dia mengatakan, dalam kurun waktu 5 tahun ke depan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih dirancang defisit. Ini karena pembangunan infrastruktur membutuhkan pembiayaan yang amat besar.

Pada 2019 diperkirakan dibutuhkan Rp 1.080 triliun guna membangun sumber energi listrik, Rp 1.274 triliun untuk jalan raya, Rp 666 triliun untuk sanitasi, dan Rp 535 triliun untuk infrastruktur energi dan gas.

"Tapi itu belum lihat hitung-hitungan riilnya. Memang ada opsi defisit APBN-nya apakah medium, atau high. Diskusi dengan Kemenkeu masih dilakukan, dan itu baru estimasi, berapa sumber daya yang ada," ungkapnya di Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, Selasa (8/4/2014).

Lukita mengatakan, jika pemerintah baru ambisius ingin mencapai target RPJMN pada 2020, maka rasio utang terhadap PDB pasti minimal 30 persen. Sebagai konsekuensi agar tak menjebol APBN, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan proyek berskema public private partnership.

Sementara itu, jika pemerintah baru ingin mencapai 75 persen target RPJMN pada 2020, maka rasio utang terhadap PDB sama dengan saat ini yakni di kisaran 22,5 persen. Dalam pilihan ini, kerjasama pemerintah swasta juga layak diperbanyak.

Terakhir, jika pemerintah baru hanya ingin mencapai 50 persen target RPJMN pada 2020, diperkirakan seluruh infrastruktur dasar baru terbangun pada 2030. "Ini lebih cocok untuk pemimpin yang bervisi mengurangi utang," ujar Lukita.

Dari tiga skenario di atas, Lukita menegaskan, sikap politik anggaran Presiden terpilih dan visi-misinya akan sangat mempengaruhi utang negara. Artinya juga, jika ada agenda politik untuk mengurangi defisit APBN, tentu saja butuh sumber pembiayaan pembangunan yang lain.

"Kalau pemerintah mau mengambil defisit, ada opsinya. Misalnya, bagaimana kebijakan terhadap subsidi, pada penerimaan pajak. Ini semua jadi skenario. Bappenas siap menawarkan skenario-skenario itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com