Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesejahteraan Buruh ala Capres

Kompas.com - 23/06/2014, 15:04 WIB

KOMPAS.com - Musim kampanye tengah berlangsung. Calon presiden dan calon wakil presiden berjanji meningkatkan kesejahteraan rakyat jika mendapat amanah rakyat.

Tak terkecuali kaum buruh yang penghasilannya tergerus inflasi dan semakin sulit mencari pekerjaan dengan upah lebih mahal karena keterbatasan lapangan kerja. Kenaikan drastis upah minimum selama tiga tahun terakhir tidak cukup membantu karena harga kebutuhan pokok dan biaya kontrakan ikut melonjak sebelum buruh menikmati upah baru.

Menurut BPS, dari 118,2 juta orang yang bekerja pada Februari 2014, baru 47,5 juta orang (40,19 persen) yang bekerja di sektor formal dengan perlindungan sosial dan hak-hak yang dijamin Undang-Undang Ketenagakerjaan. Adapun 70,7 juta orang (59,81 persen) berada di sektor informal yang bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian, dan pekerja tak dibayar.

Pada periode Februari 2013- Februari 2014, pekerja informal bertambah 420.000 orang. Dampak kegagalan transisi sektor industri pertanian yang menampung 40,83 juta pekerja ke sektor industri manufaktur membuat pasar kerja formal tak kunjung tumbuh.

Bagaimana para kandidat pemimpin 237 juta bangsa Indonesia ini akan memperbaiki kesejahteraan buruh? Hal yang terasa semakin sulit di tengah turunnya serapan tenaga kerja dalam 1 persen pertumbuhan, dari 400.000 pekerja pada tahun 2010 menjadi 180.000 pekerja pada tahun 2013.

Pasangan Prabowo Subianto- Muhammad Hatta Rajasa bertekad meningkatkan daya serap angkatan kerja menuju dua juta pekerjaan setiap tahun melalui deregulasi dan infrastruktur untuk industri pengolahan yang padat karya. Sektor industri manufaktur yang padat karya, seperti tekstil, sepatu dan alas kaki, elektronik, sektor industri pertanian dengan pembukaan lahan baru, serta memperkuat badan usaha milik negara sebagai lokomotif perekonomian nasional, menjadi andalan pasangan ini.

Konsep hilirisasi juga masih diprioritaskan untuk meningkatkan peluang penciptaan pekerjaan di dalam negeri, seperti perkebunan kelapa sawit serta industri bubur kertas dan kertas. Prabowo-Hatta juga mendorong pembangunan sektor industri manufaktur bidang transportasi mulai darat, laut, dan udara, ditambah industri alat pertanian.

Pasangan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla berkomitmen membangun pemberdayaan buruh melalui pengendalian inflasi yang menggerus daya beli dan membangun perumahan buruh di dekat kawasan industri. Selain itu, APBN sebagai bagian penting dari pelayanan hak buruh, kontribusi iuran jaminan kesehatan nasional dari APBN dan APBD, dan melarang tenaga alih daya di lingkungan BUMN.

Jokowi-Kalla juga membangun mekanisme yang melindungi pekerja domestik dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang terkait langsung dengan penyerapan tenaga kerja. Pasangan ini bertekad membenahi masalah ketenagakerjaan dengan mendukung pengesahan sejumlah regulasi, seperti komite pengawas ketenagakerjaan, sistem pengupahan dan perlindungan upah, serta penyelesaian hubungan industrial.

Upaya penciptaan iklim hubungan industrial yang kondusif sepatutnya diperhatikan kedua pasangan kandidat. Pemimpin buruh juga harus terus-menerus diajak meningkatkan kompetensi dan produktivitas kerja. Ketersediaan pangan, sandang, dan perumahan layak dengan harga terjangkau di dekat kawasan industri merupakan kunci kesejahteraan buruh. (Hamzirwan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com