Chatib mengatakan, secara perhitungan, bila harga BBM bersubsidi dinaikan sebesar Rp 1.000 per liter, maka akan terjadi kenaikan inflasi sekitar 1,2 persen hingga 1,5 persen. "Kalau naik Rp 1.000, inflasinya 1,2 persen. Tapi efek ke transportasi akan lebih besar, bisa sampai 1,5 persen," kata Chatib di Gedung DPR, Rabu (3/9/2014).
Akan tetapi, jika pemerintah baru menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar 2 hingga 3 kali lipat, maka efek ke inflasi akan lebih besar. Kondisi ini juga masih harus ditambah dengan tingkat inflasi yang telah berjalan.
"Kalau naiknya Rp 2.000, berarti 1,5 persen dikalikan 2. Seandainya dinaikan Rp 3.000, maka inflasinya 4,5 persen. Jika target inflasi 2015 4,4 persen, maka inflasinya menjadi 8,9 persen, itu range yang harus dihadapi," ujar Chatib.
Lebih lanjut, Chatib, jika harga BBM bersubsidi dinaikkan sebesar Rp 1.000 per liter, maka penghematan terhadap APBN akan terwujud sebesar Rp 48 triliun. Hal ini berlaku pada kelipatan kenaikan harganya.
"Ini kalau naikinya Januari ya. Kalau naikinya Februasi berarti 11 per 12 kali Rp 48 triliun, kalau Maret 10 per 12 dikali Rp 48 trilun. Karena efek BBM-nya tergantung bulannya, kapan dinaikkan," jelas Chatib.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.