Gde Pradnyana, Sekretaris SKK Migas, ditemui usai diskusi di Jakarta, Rabu (24/9/2014) memastikan, di manapun, tak hanya di Indonesia saja, pertumbuhan produksi minyak tidak akan pernah bisa mengejar pertumbuhan konsumsi, begitu cadangan menurun. Oleh karena itu yang harus dilakukan Indonesia ada dua hal, yakni mendorong ekspansi cadangan minyak di luar negeri, atau memanfaatkan energi baru terbarukan.
"China sudah menjadi nett importir sejak 1995. Yang dia lakukan adalah mendorong ekspansi mencari sumber cadangan baru," kata Gde.
Sembari menggarap potensi cadangan minyak yang ada di Indonesia yang diperkirakan masih 50 miliar barel, pemerintah bisa mendorong PT Pertamina (Persero) sebagai national oil company (NOC) untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Cara kedua adalah dengan melakukan diversifikasi energi primer.
Gas, kata Gde, bisa digunakan dalam waktu dekat, meski tidak juga bertahan lama. Oleh karena itu, dia menegaskan, perlunya pemanfaatan energi baru terbarukan.
"Dan EBT itu butuh persiapan panjang, enggak 2-3 tahun. Butuh 10-15 tahun dari perencanaan sampai menikmati hasil. Tahun 2020 itu enggak lama lagi. Kita diambang krisis kalau tidak lakukan langkah antisipasi," tandas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.