Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank-bank Besar Turunkan Bunga KPR

Kompas.com - 06/10/2014, 09:03 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Era bunga kredit pemilikan rumah (KPR) mahal memudar. Apalagi, pasca Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membatasi bunga tertinggi deposito perbankan, awal Oktober ini. Bank-bank besar mulai menggunting suku bunga kredit, termasuk bunga KPR lantaran biaya dana turun.      

Kabar terbaru, tak lama lagi, PT Bank Mandiri Tbk akan menurunkan suku bunga KPR-nya. Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, Bank Mandiri akan memangkas bunga KPR sebesar 25 basis poin (bps)-50 bps. "Ini khusus untuk KPR berbunga tetap (fix rate) tiga tahun,”  kata Pahala, kemarin (3/10/2014).  

Sedangkan jenis KPR yang lain, lanjut Pahala, masih dalam kajian untuk diturunkan. Kisaran besaran penurunannya pun belum bisa ditentukan karena masih dalam tahap kajian. Per September 2014, suku bunga dasar kredit (SBDK) KPR Bank Mandiri tercatat sebesar 11 persen.  

Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) lebih dulu menurunkan bunga KPR sebesar 25 bps. Henry Koenaifi, Direktur Konsumer BCA beberapa kala itu bilang, penurunan bunga KPR sejalan dengan penurunan bunga deposito.   

Bunga KPR BCA saat ini berada di level 9 persen - 9,25 persen untuk fix rate selama 1-2 tahun, KPR 9,5 persen untuk 3 tahun, dan 10 persen untuk fix rate 5  tahun. 

Demikian pula dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Tony Tardjo, Head of Consumer Lending Bank CIMB Niaga mengatakan, CIMB telah menurunkan tingkat bunga KPR  sebesar 50 bps sejak 1 September 2014 lalu untuk permintaan KPR baru. 

Dengan penurunan itu, maka tingkat bunga KPR di CIMB Niaga berkisar mulai dari 9,5 persen untuk fix rate 1 tahun, 10,25 persen untuk 2 tahun, 10,75 persen fix rate 3 tahun, dan 11,5persen untuk fix rate 5 tahun. Sedangkan, tingkat floating rate atau suku bunga mengambang, bunga yang diterapkan CIMB Niaga kini berada di kisaran 12,5 persen hingga 13 persen  .  

BTN pikir-pikir dulu  
Sayang, bank yang fokus di bisnis KPR PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) belum berniat menurunkan suku bunga KPR dalam waktu dekat. Kendati bunga deposito sudah turun, untuk memangkas bunga kredit, BTN masih perlu menunggu perkembangan pasar beberapa bulan ke depan.

Namun, untuk bunga simpanan, Direktur Utama BTN  Maryono bilang, BTN sudah menurunkan bunga deposito dari 10,25 persen menjadi 9,75 persen per 1 Oktober lalu. Kebijakan itu untuk mematuhi kebijakan OJK yang membatasi bunga tertinggi deposito bagi kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) III dan BUKU IV tanggal 1 Oktober.  “Tak serta merta karena ini, bunga kredit kami turunkan,” ujar Maryono memberi alasan.   

Menurut Maryono, dulu saat bunga deposito BTN dinaikkan demi menjaga likuiditas, BTN juga tidak langsung mengerek suku bunga kredit. Sehingga ketika bunga deposito juga turun, tidak otomatis pula bunga kredit ikut melandai. “Kami  menunggu situasi pasar, apakah  perlu diturunkan atau tidak bunga kredit. Maksimal, kita butuh waktu 3 bulan  melihat,” ujarnya.   

Asal tahu saja, BTN masih tergantung pada simpanan deposito sebagai sumber utama dana pihak ketiga (DPK). Dus, faktor cost of fund menjadi penting demi menjaga margin bunga bersih BTN.  Data Bank Indonesia (BI) per Juli 2014 menunjukkan, total dana deposito di BTN mencapai Rp 52,72 triliun. Jumlah ini setara 54,33 persen dari total  dana pihak ketiga BTN. (Adhitya Himawan, Nina Dwiantika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com