Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusdi Kirana di Balik Lion Air (2): Saya Membuat Orang di Indonesia Bisa Bepergian dengan Murah

Kompas.com - 21/02/2015, 15:20 WIB

Kalau seandainya orang suka atau tidak suka, itu subyektif. Yang obyektif adalah how they can build an airport to buy the ticket that pays and brings to any destination.

Kita bikin Medan-Nias dan Medan-Sibolga. Istri ajak pulang kampung ke Sibolga. Saya malas. Dari Jakarta ke Medan dua jam lebih, dari Medan naik kendaraan lagi. Kalau saya browsing, ada Wings Air.

Sekarang saya susur dua kampung. Itu bicara orang punya uang. Jangan bicara lagi soal tidak punya uang.

Dulu, orang Padang yang terbang hanya orang Semen Padang dan Universitas Andalas. Sekarang, semua orang bisa terbang. Makassar-Kolaka, misalnya, dengan penerbangan hanya 45 menit, kalau enggak 16 jam.

Kita menerbangkan 110.000 penumpang, 800 penerbangan per hari, dengan OTP (on time performance) 75 persen. Hampir 60 kota kita terbangi di Indonesia; dari Banda Aceh sampai Merauke, dari Lhokseumawe sampai Nabire, dari Melanguane sampai Ende.

Bagaimana dengan kejadian di Manado? (Penumpang kepanasan, sampai membuka pintu darurat. Baca: AC Tak Dingin, Penumpang Lion Air Buka Pintu Darurat)

Tak usah berdebat dan membela diri. Yang kita lakukan, kita perbaiki. Saya panggil direktur teknik, direktur operasi, danground handling. Kelemahan kita ini pada orang dan ini yang harus dibangun. Saya juga harapkan karyawan saya care terhadap penumpang walaupun ini tidak mudah.

Penumpang sekarang juga tak mudah dengan emosi yang berbeda-beda. Kita tak perlu berdebat dengan mereka. Saya tak mau diwawancara, tak pernah berikan statement.

Kenapa? Kita tak perlu defense. You can say I’m wrong, oke karena memang saya di pelayanan. Dalam layanan, saya tak mau debat agar orang itu mengatakan saya benar. Kamu mengatakan saya benar, setelah kamu merasakan produk saya.

Kalau kamu anggap produk saya tak benar, ya saya perbaiki. Tapi, kalau saya anggap produk saya sudah benar, it’s your choice. Kita tak bisa mencari alasan dari kegagalan kita. Yang kita lakukan adalah kita improve diri kita.

Apa dampak kejadian Manado bagi Anda?

Luar biasa kejadian Manado itu. Saya pun terkaget-kaget. Saya pikir biasa saja. Saya tahu beberapa orang yang iseng. Saya punya bukti, tetapi yang rugi kalian. Kalian jadi tak fokus dan rugikan diri sendiri.

Kapan-kapan, coba Mbak Reni merenung. Airlines mana di Indonesia, even di ASEAN, mungkin di Asia, di dunia, yang mengalami fatal, sangat fatal. Dari masalah pilot trust, incident, accident, problem pesawat terbesar, sampai market share 50 persen. Tak ada.

Pak Chappy telepon saya, "Mental lu kuat!" Kenapa? Tak kuat mental saya. Saya menangis di ruangan saya, tetapi tak di luar. Di luar saya tersenyum.

Saya menangis tersengguk-sengguk. Waktu saya menangis itu, ada anak saya melihat. Saya juga dapat tekanan tinggi, tetapi saya berusaha untuk tough. Salah satu yang membuat saya lebih tough: tutup kuping, tutup mata, tutup mulut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com