Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Gabah Anjlok, Harga Beras Melejit, Petani Menjerit....

Kompas.com - 13/05/2015, 11:06 WIB

"Gabah-gabah yang masih basah bisa saja ditingkatkan kualitasnya di penggilingan-penggilingan padi yang memiliki banyak alat pengering. Kadar air kan bisa disiasati dengan bekerja sama dengan penggilingan-penggilingan mitra kerjanya. Harus kreatif menyerap produksi petani, jangan menunggu mereka," kata Mentan.

Namun, bila serapan beras rendah, Bulog tidak akan bisa memiliki stok yang cukup untuk mejaga stabilitas harga beras. Konsekuensinya, cadangan beras yang dikelola Bulog menipis. Di sisi lain, pedagang menguasai stok sehingga pasar beras mudah sekali bergejolak.

Sebelumnya, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai, penguasaan stok beras nasional saat ini justru berada di pasar (pedagang besar) bukan pemerintah. Hal ini yang menyebabkan melonjaknya harga beras beberapa bulan lalu.

"Saat itu para pedagang-pedagang besar menahan stok berasnya karena penyerapan beras dari petani dilakukan pedagang besar. Jadi pemerintah tak memiliki instrumen untuk melakukan stabilisasi harga (beras)," ujar Enny di Jakarta, akhir pekan lalu.

Enny menilai, saat pemerintah berupaya untuk menurunkan harga beras dengan menugaskan Bulog melakukan operasi pasar saat itu tidak efektif, karena Bulog tak memiliki cukup stok beras.

"Bagaimana mau operasi pasar kalau stok berasnya enggak ada. Waktu kenaikan beras kemarin itu Bulog enggak punya stok beras," ujarnya.

Masalahnya, tak mudah bagi Bulog dalam mengemban tugas itu. Di satu sisi, ada tuntutan kuat agar Bulog menjaga kualitas beras. Ini berkaitan dengan keluhan buruknya kualitas beras untuk rakyat miskin (raskin) yang selalu berulang. Di sisi lain, apabila berkeras menjaga kualitas tinggi, ada kemungkinan Bulog tidak mendapatkan gabah/beras.

Hal itu menjadi celah para spekulan dalam mempermainkan harga beras. Para tengkulak terus mengeruk keuntungan besar, sementara para petani tidak pernah meningkat pendapatannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com