Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirut Arbaya Energi Bantah Rusal Bohongi Pemerintah RI

Kompas.com - 04/06/2015, 16:47 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Arbaya Energi Suryo Bambang Sulisto membantah pembangunan pabrik pengolahan bauksit atau smelter, yang dibiayai perusahaan alumunium asal Rusia yaitu UC Rusal tak berjalan.

Saat ini kata dia, pihak Rusal terus melakukan studi kelayakan terkait proyek itu. Suryo Bambang Sulisto bahkan sempat heran dengan pernyataan beberapa orang yang mengatakan proyek Rusal itu tak jalan dan pemerintah dibohongi lelah investor negeri beruang putih itu.

"Pemerintah dibohongi Rusal bagaimana coba? (proyek smelter masih berjalan). Seharusnya malah kita bilang 'eh Rusal investasi dong di sini karena kita kita enggak punya kemampuan (dana bangun smelter)," ujar Suryo Bambang Sulisto di Kantor Kadin, Jakarta, Kamis (4/6/2015).

Saat ini kata dia, progres pembangunan smelter itu masih ada ditahap studi kelayakan. Pihak Rusal kata dia sudah mengirimkan tim sebanyak 3 kali untuk meninjau langsung tempat lokasi pembangunan smelter di Kalimantan Barat itu.

Namun, saat ditanya kapan realisasi pembangunan fisik smelter itu dimulai, Suryo tak menjawab pasti. Dia bilang izin investasi itu harus terlebih dahulu menunggu izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

"Inikan baru MoU, jadi sekarang masih studi kelayakan. Masa kemarin MoU terus besok harus hadi. Ini kan investasinya sangat besar 2 sampai 3 miliar dollar AS. Mereka sudah kirim tim 3 kali melihat lahan punya kita seluas 25.000 hektar. Jadi kerjasama (dengan Rusal) masih jalan," kata dia.

Seperti diketahui, berdasarkan Pasal 103 dan dan 107 UU Minerba, badan usaha pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri termasuk bauksit.

Salah satu jalannya yaitu dengan membuat smelter untuk meningkatkan nilai tambah hasil tambang dari perut bumi Indonesia. Namun, para pengusaha Indonesia tak mampu membangun smelter sendirian karena biaya investasinya sangat besar.

Oleh karena itu, kerjasama dengan investor asing dilakukan. Hal itulah yang menjadi pertimbangan PT Arbaya Energi untuk bekerjasama dengan Rusal membangun smelter pada 2014 lalu.

Namun, kerjasama itu dikritik oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) Erry Sofyan bahkan menyebut perusahaan asal Rusia itu telah membohongi pemerintah.

Hal itu, kata dia, merujuk kepada proyek pembangunan smelter alumina yang tak kunjung terealisasi hingga saat ini di Kalimantan Barat. Padahal, 9 November 2013, Chief Executive Officer (CEO) En Group dan United Company (UC) Rusal, Oleg Deripaska, menyambangi kantor Hatta Rajasa yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian.

Bahkan, seusai pertemuan dengan Hatta Rajasa saat itu, Rusal mengaku siap menanamkan investasi senilai 6 miliar dollar AS untuk membangun smelter bauksit ke alumina, dan dari alumina menjadi aluminium.

"Dan, terakhir kalau masih ingat ada penandatanganan MoU Rusal untuk membuat smelter (dengan PT Arbaya Energi) alumina di Kalbar. Sampai sekarang saya belum pernah mendengar progres ini berjalan, jadi ini pemerintah itu tampaknya dibohongi oleh investor alumina (UC Rusal)," ujar Erry Sofyan dalam acara "Kompasiana Seminar Nasional tentang Kondisi Terkini, Harapan dan Tantangan di Masa Depan Industri Pertambangan Bauksit dan Smelter Alumina Indonesia" di Jakarta, Senin (25/5/2015).

Pada 2007, Rusal sempat menandatangani MoU dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk pengembangan deposit bauksit. Mereka sepakat menggelar studi kelayakan pada 2008, tetapi semua rencana itu macet. Kemudian, lima tahun berselang, tepatnya pada September 2012, UC Rusal juga mengungkapkan rencana investasi di Indonesia.

baca juga: Pemerintah Dibohongi Rusal?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com