Saat ini kata dia, pihak Rusal terus melakukan studi kelayakan terkait proyek itu. Suryo Bambang Sulisto bahkan sempat heran dengan pernyataan beberapa orang yang mengatakan proyek Rusal itu tak jalan dan pemerintah dibohongi lelah investor negeri beruang putih itu.
"Pemerintah dibohongi Rusal bagaimana coba? (proyek smelter masih berjalan). Seharusnya malah kita bilang 'eh Rusal investasi dong di sini karena kita kita enggak punya kemampuan (dana bangun smelter)," ujar Suryo Bambang Sulisto di Kantor Kadin, Jakarta, Kamis (4/6/2015).
Saat ini kata dia, progres pembangunan smelter itu masih ada ditahap studi kelayakan. Pihak Rusal kata dia sudah mengirimkan tim sebanyak 3 kali untuk meninjau langsung tempat lokasi pembangunan smelter di Kalimantan Barat itu.
Namun, saat ditanya kapan realisasi pembangunan fisik smelter itu dimulai, Suryo tak menjawab pasti. Dia bilang izin investasi itu harus terlebih dahulu menunggu izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Inikan baru MoU, jadi sekarang masih studi kelayakan. Masa kemarin MoU terus besok harus hadi. Ini kan investasinya sangat besar 2 sampai 3 miliar dollar AS. Mereka sudah kirim tim 3 kali melihat lahan punya kita seluas 25.000 hektar. Jadi kerjasama (dengan Rusal) masih jalan," kata dia.
Seperti diketahui, berdasarkan Pasal 103 dan dan 107 UU Minerba, badan usaha pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri termasuk bauksit.
Salah satu jalannya yaitu dengan membuat smelter untuk meningkatkan nilai tambah hasil tambang dari perut bumi Indonesia. Namun, para pengusaha Indonesia tak mampu membangun smelter sendirian karena biaya investasinya sangat besar.
Oleh karena itu, kerjasama dengan investor asing dilakukan. Hal itulah yang menjadi pertimbangan PT Arbaya Energi untuk bekerjasama dengan Rusal membangun smelter pada 2014 lalu.
Namun, kerjasama itu dikritik oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) Erry Sofyan bahkan menyebut perusahaan asal Rusia itu telah membohongi pemerintah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.