Namun menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) Erry Sofyan, hingga saat ini belum ada tanda-tanda perkembangan dari pembangunan smelter milik Rusal-Arbaya.
“Sampai sekarang, setahu saya tidak ada (perkembangannya),” kata Erry kepada Kompas.com, Jakarta, Jumat (12/6/2015).
Erry yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Harita Prima Abadi Mineral bahkan mengatakan, sebenarnya Rusal sama sekali tidak bermaksud melakukan hilirisasi bauksit di Indonesia. Justru, Rusal ingin memonopoli pasar bauksit di Indonesia.
Pada April 2013 lalu, Rusal bersama perwakilan dari Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia bertemu dengan Harita. “(Tapi) Bukan untuk mengajak bikin smelter. Tapi ngajak memonopoli bauksit di Indonesia. Jadi mengontrol,” kata Erry.
Pada saat itu, Harita sudah menggandeng investor asal Tiongkok untuk mengembangkan smelter di Kalimantan Barat. Awalnya Erry berfikir, kedatangan Rusal tersebut untuk mengajak membangun smelter lagi.
“Saya bilang saya sudah sama China. Kalau bangun dua proyek smelter kita enggak kuat. Dia bilang bukan (bangun smelter). Kita monopoli,” ucap Erry.
Erry pun menolak ajakan Rusal. Namun, Erry mengaku menawarkan kepada Rusal seandainya ingin mengajak pemegang konsesi lain untuk mencapai tujuannya itu. “Makanya beberapa pemegang IUP berkumpul di Pontianak, Rusal ke sana. Akhirnya enggak jadi juga akhirnya (tidak dapat partner),” sebut Erry.
Dia bilang, Rusal mengincar Harita sebab jika Harita bisa diajak kerjasama, maka pemegang Izin Usaha Pertambangan yang lain juga akan merapat. “Maksud Rusal begitu, tapi saya tidak mau,” kata Erry.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.