Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggembala "Singa" yang Mulai Mengembik

Kompas.com - 22/06/2015, 06:00 WIB


Oleh Jazak*

KOMPAS.com - Sungguh apa yang bapak sampaikan tadi benar adanya, 1 bulan ini pekerjaan saya adalah meng-interview kandidat, focus saya menjadi terganggu, harusnya saya melakukan hal-hal yang strategis berkaitan dengan bisnis.

Saya sangat heran, bagaimana mungkin anggota tim saya bisa mengajukan pengunduran diri secara berjamaah?

Apa salah saya? Padahal saya memiliki niat mulia, saya memimpin mereka dengan cara keras dan tegas adalah supaya mereka menjadi orang-orang yang tangguh dan kuat, bukankah berlian yang berkilau hanya dihasilkan dengan tekanan yang dahsyat?

Sebenarnya pak Jay, apa yang saya lakukan adalah saya ingin mereka suatu saat seperti saya pada posisi ini. Oleh sebab itu, saya pimpin mereka sebagaimana President Director memimpin saya dulu.

Saya tahu mereka adalah Singa Muda yang berbakat hebat! Tapi mengapa mereka tampak begitu lemah, mudah menyerah, dan terlihat mulai mengembik?

Dari apa yang bapak paparkan tadi, sekarang saya jadi sadar pak Jay, bahwa generasi yang saya hadapi sekarang adalah generasi yang sama sekali berbeda dengan generasi saya dan berbeda jauh dengan generasi pendahulu kami.

Saksikanlah pak Jay, mulai saat ini saya bertobat pak, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana cara saya menggembala para Singa Muda ini, agar mereka tidak mengembik lagi?

Kenyataan di atas hanyalah 1 dari puluhan kasus yang sering ditanyakan para peserta training, sebagaian besar dari mereka adalah manajer tingkat menengah hingga para punggawa yang menempati posisi Top Management.

Saya yakin, barangkali Anda juga mengalami situasi yang sama membuat kita heran, terkejut dan kadang frustasi. Inilah apa yang disebut sebagai “Generation Gap Syndrome” atau Sindrom Jarak Generasi yang menjangkiti hampir semua korporasi secara massif  dalam 5 tahun terakhir.

Generation Gap terjadi akibat siklus alami pergantian generasi memasuki abad 20-an, berdasarkan hasil riset, Generation X yaitu mereka yang lahir dan tumbuh pada era 50-an hingga 60-an adalah mereka yang dikenal sangat loyal terhadap perusahaan.

Hal ini disebabkan ketika mereka lahir, dunia baru saja menyelesaikan hajatan besar, yaitu Perang Dunia II.

Sehingga kondisi ekonomi dan sosial di hampir seluruh negara sangat sengsara dan sulit. Jika mereka tidak bekerja berarti mereka tidak akan makan. Situasi ini membentuk sikap mental Generasi X menjadi pejuang yang tangguh, sabar, dan mencintai proses.

Akan halnya dengan Generasi Y, mereka adalah individu yang lahir dan tumbuh di era 70-an hingga 80-an, meskipun secara umum ada perbaikan kondisi ekonomi dan sosial, namun pemerataan ekonomi belum terjadi.

Pada era itu mereka sudah memiliki pilihan untuk bekerja di beberapa perusahaan, sehingga generasi ini loyal dengan profesinya. Jika mereka tidak bekerja, itu artinya mereka gagal bertahan hidup. Hal ini menyebabkan mental pejuang masih berbekas pada diri mereka.

Jarak antara Generasi X dan Y tidak terlalu lebar, inilah alasan mengapa generasi Y bisa memahami serta memaklumi cara pandang generasi X.

Bagaimana dengan Generasi Z atau Generasi Milenia?

Ya mereka adalah manusia yang lahir pada era 80-an ke atas hingga tahun 2000-an, generasi ini hadir saat kondisi ekonomi dan sosial secara umum sudah lebih baik dan lebih mapan.

Maka ketika bayi-bayi milenia ini tumbuh besar, mereka menyaksikan hidup orang tuanya begitu enak, tampak mudah, semua serba ada, dan serba terwujud dalam waktu sekejap saja.

Kondisi tersebut membuat Generasi Milenia ini bukan hanya memiliki banyak pilihan untuk bekerja di beberapa korporasi, mereka juga punya pilihan untuk tidak bekerja, toh orang tua mereka masih sanggup menghidupi, sehingga generasi ini sangat loyal terhadap kepentingannya sendiri.

Bagi Generasi Milenia, bekerja adalah status, maka tidak aneh saat berkerja mereka rajin sekali update status! Sesuatu yang menunjukkan bahwa generasi ini tumbuh besar dengan lautan informasi yang sangat konvergen.

Alhasil terdapat jarak yang sangat lebar menganga antara Generasi Z dengan Generasi X dan Y. Lalu apa yang harus dilakukan oleh Generasi X dan Y dalam menggembala atau memimpin Generasi Milenia?

Dikutip dari buku “Lead Or Leave It!” kunci utama menggembala Singa Milenia agar mereka tidak mengembik, adalah dengan melibatkan mereka.

Kita tidak bisa memimpin dengan berdiri di depan atau di belakang mereka. Generasi ini sangat suka jika Anda memimpin dengan berdiri di antara atau di tengah mereka.

Ada banyak keunggulan memimpin dengan melibatkan atau istilah kami adalah Coaching Asking yaitu:

  • Meningkatkan ide kreatif yang positif dan konstruktif
  • Meningkatkan komitmen untuk terus bersama
  • Membangun Semangat  kinerja terbaik
  • Sumbangan Solusi lebih banyak
  • Meningkatkan Manajemen diri dan Kemandirian
  • Membangkitkan rasa percaya diri

Maka mulai saat ini mulailah menggembala atau memimpin mereka dengan melibatkan mereka, kurangi terlalu sering memberikan perintah, ajak mereka bicara dan libatkan, segera saksikan Singa itu mengaum secara mengagumkan.

Selamat Memimpin!


* Jazak Yus Afriansyah
adalah  seorang  Author , Coach, Trainer (ACT) of Professional Skill Series. Ia menulis Buku Seri Keahlian Profesional yang didesain untuk melengkapi dan membekali para professional dan entrepreuner dengan Knowledge dan Skill yang diperlukan untuk menjawab tantangan dan menangkap peluang bisnis sekaligus menumbuhkan  dan mengembangkan karir profesional
 
Jazak menulis buku antara lain: Basic Leadership Skill: Coaching and Counseling (2012),  One Minute Selling in Ethical (2013),  High Impressive Presentation Skill (2013),
Stress! So What? Stress Management Skill (2014), Kiss the King Kong: Key Account Management Skill (2014),  Hot Deals! High Productive Negotiation Skill (2015),  Toxic Boss: Ten Most Poisoned Leader Sins (2015).


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com