Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Rupiah Tembus 15.000, Pebisnis Terancam Gulung Tikar

Kompas.com - 25/08/2015, 11:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat kian memusingkan pengusaha. Pengusaha khawatir jika gejolak tak juga reda, bisnis mereka berpotensi rugi, bahkan gulung tikar.

Seperti diketahui, nilai tukar valas menurut kurs tengah Bank Indonesia sebesar Rp 13.998 per dollar AS. Sementara itu, di pasar spot, Senin (24/8/2015) pukul 19.05 WIB, rupiah menembus level 14.050 per dollar AS.

"Kalau dollar terus anjlok di Rp 14.500, kami sudah sulit sekali bertahan. Kalau sudah Rp 15.000, kami bisa kolaps," kata Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas), kepada Kontan, Senin (24/8/2015).

Efek tekanan rupiah ini sangat berat bagi industri kimia. Alasan pertama, permintaan pasar saat ini terus menyusut lantaran daya beli masyarakat juga lemah. Industri kimia, khususnya plastik kemasan, berhubungan langsung dengan industri consumer goods, seperti makanan dan minuman. Jika permintaan industri ini turun, maka permintaan kemasan plastik juga ikut turun.

Alasan kedua, bahan baku berbasis impor sehingga berpotensi mengerek ongkos produksi yang harus dikeluarkan industri ini. Untung dari sisi suplai ini adalah harga minyak mentah sebagai bahan baku industri kimia tengah mengalami penurunan, yakni di kisaran 40 dollar AS per barrel.

Meski saat ini kondisi bisnis tengah sulit, Fajar menegaskan bahwa hingga kini belum ada perusahaan yang memutuskan hubungan kerja dengan karyawan. "Utilitas masih kami jaga di 80 persen, jadi banyak stok menumpuk di gudang karena kami optimistis kondisi akan membaik, dan barang akan banyak terserap di akhir tahun," ujar Fajar.

Makin sulit dan PHK

Tekanan rupiah juga memberatkan industri tekstil. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy menerangkan, saat ini industri tekstil mulai kesulitan lantaran bahan baku industri tekstil di Indonesia mayoritas masih impor. Padahal, mereka harus menjual produk di dalam negeri dengan memakai harga rupiah. Kondisi ini jelas menyulitkan saat nilai tukar rupiah terus melemah.

Meskipun industri tengah dirundung masa sulit, Ernovian tidak bisa memastikan berapa lama produsen tekstil lokal ini masih bisa bertahan dalam gejolak. "Beban biaya bahan baku yang semakin tinggi secara otomatis akan mengerek harga jual produk tekstil menjadi semakin mahal," ungkapnya.

Ketua API Ade Sudrajat menambahkan, sekitar 80 persen bahan baku tekstil masih diimpor sehingga industri ini sulit bersaing. Misalnya, bahan pembuatan serat kapas hanya diproduksi di Eropa, begitu juga bahan baku garmen.

Ade mengatakan, efek pelemahan rupiah tidak hanya berimbas terhadap harga jual produk tekstil, tetapi juga berefek terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK). "Sudah ada 36.000 tenaga kerja yang kena PHK," ungkap Ade kepada Kontan, Senin.

Meski begitu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan berharap, kondisi ini bisa menjadi momentum bagi investor asing untuk merealisasikan investasinya di Indonesia karena secara kurs saat ini lagi murah," ujar Putu.

Semoga investor yang datang bukan spesialis pencaplok perusahaan sakit. (Benediktus Krisna Yogatama, Galvan Yudistira)

Baca: Masih Tertekan, Nilai Tukar Pagi Ini Melemah ke Posisi Rp 14.065 Per Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com