Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Krisis, Krisis, Mana? Yang Namanya Krisis Itu, kalau Pertumbuhan Ekonomi Minus...

Kompas.com - 26/10/2015, 08:51 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com - Di hadapan masyarakat dan diaspora Indonesia di Amerika Serikat (AS), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia tidak sedang dalam keadaan krisis karena ekonomi masih tumbuh bahkan termasuk dalam lima besar dunia.

Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di AS di Wisma Tilden Washington DC, Minggu (25/10/2015) sore waktu setempat, membandingkan kondisi ekonomi Indonesia yang sangat jauh berbeda dibandingkan pada 1998.

"Krisis, krisis, mana? Yang namanya krisis kalau moneter jatuh, pertumbuhan (ekonomi) minus. Negara-negara lain iya, kita masuk lima besar pertumbuhan ekonominya. Senengnya kok menjelekkan diri sendiri," katanya yang disambut dengan tawa dan tepuk tangan lebih dari 1.250 masyarakat Indonesia yang tinggal di AS.

Menurut dia, perlu dibangun rasa optimistis karena kompetisi setiap negara semakin ketat sehingga jika tidak satu visi atau satu gagasan besar maka sulit untuk memenangkan persaingan.

Ia memaparkan, perbandingan perekonomian Indonesia pada 1998 dibandingkan saat ini.

"Jadi kalau melihat posisi ekonomi kita tidak ada rasa pesimistis tidak ada dalam keadaan krisis, contoh dengan tahun 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13,1 persen saat ini kita masih plus 4,7 persen bahkan kuartal ketiga menurut BI bisa 4,85 persen," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat Indonesia tidak pesimistis.

Inflasi saat 1998 mencapai 28 persen tapi saat ini di bawah 4 persen padahal tahun lalu 8,5 persen.

Sedangkan nilai tukar pada 1998 pernah mencapai Rp 15.000 per dollar AS, sekarang Rp 13.600 meskipun sempat menyentuh angka Rp 14.700 per dollar AS.

"Saya sampaikan bahwa negara kita perlu transformasi fundamental ekonomi yang dulunya bertumpu pada konsumsi, penjualan bahan mentah kita mulai ke produksi, industri, dan investasi. Memang diawal sulit, pahit ya tapi dalam jangka menengah panjang bahwa jalan yang akan kita lalui adalah jalan yang benar," katanya.

Menurut dia, Indonesia pernah melewatkan booming mulai dari booming minyak, booming kayu, dan booming minerba.

Ia mengatakan, booming minerba Indonesia bisa sedikit memanfaatkan peluang meskipun jika diteruskan maka sumber daya alam tersebut akan habis.

Pemerintahnya kemudian fokus pada infrastruktur dan pangan, oleh sebab itu sebulan setelah dilantik Jokowi langsung mengalihkan subsidi BBM kepada faktor-faktor produktif meskipun banyak yang mengingatkan langkah tersebut akan membuat anjlok popularitasnya.

baca juga: Jokowi: Beda dari 1998, Ekonomi Indonesia Saat Ini Banyak Diacungi Jempol

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com