Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antarina Sukses Membesarkan Highscope

Kompas.com - 04/11/2015, 06:07 WIB
Workshop ke orang tua
Meyakinkan masyarakat pada kurikulum HighScope memang tidak mudah. Karena itu, Antarina Sulaiman harus gencar memberi workshop pada orang tua murid. Mengubah gaya pengajaran guru dan gaya belajar anak pun jadi tantangan. Ke depan, dia bercita-cita membuka universitas.   

Mencari lahan baru yang lebih luas untuk mengembangkan HighScope Indonesia menjadi tantangan selanjutnya bagi Antarina Sulaiman. Setelah mencari-cari lokasi yang sesuai, dia tertarik dengan lahan di daerah TB Simatupang, di selatan Jakarta. Pada tahun 2001, dia pun mendapatkan tanah sewa di daerah itu seluas 1,2 hektare (ha).

Sempat mencari-cari pinjaman hingga ke World Bank untuk mendirikan gedung di atas lahan tersebut, namun usahanya tidak berhasil. Rina pun harus rela merogoh kocek sendiri untuk membangun gedung sekolah.

Setahun pembangunan, gedung sekolah di TB Simatupang pun sudah jadi. Dia lantas memindahkan seluruh siswanya ke lokasi baru tersebut. Jumlah murid di Highscope pun semakin banyak. Ia bilang, cara yang digunakan bukanlah dengan menggunakan iklan di beberapa media, melainkan berjualan langsung dengan menjelaskan kepada orangtua hingga menggelar workshop mengenai kurikulum di HighScope. “Dari work of mouth, cabang-cabang seperti di Bali, Palembang, Bogor, Palembang, dan tempat lainnya pun dapat terealisasi dibangun,” tutur dia.

Saat ini, sudah ada sekitar 1.300 lebih murid dan 300 pengajar yang tersebar di berbagai cabang HighScope. Rina menuturkan, setiap tahun, HighScope Indonesia mengundang beberapa ahli pendidikan terbaik dari Amerika atau ahli berbagai bidang seperti psikolog senior, ahli matematika, dan lainnya untuk memberi pengajaran pada anak.

Dengan memasukkan konsep pembelajaran, yaitu laboratorium kehidupan, Rina menanamkan konsep pada anak-anak tentang menghargai perbedaan. “Cara ini agar mencegah adanya senioritas dan mengurangi tindakan bully,” sebutnya.

Dengan konsep ini, sistem pendidikan di kelas pun berbeda. Salah satunya adalah multi age class. Dalam satu kelas tidak ada pembeda usia atau kemampuan anak. Di sekolah, ini juga pendidikan tidak hanya teori tapi juga praktik.

Cara dan konsep ini memang tak mudah, apalagi sekolah yang ada di Indonesia pada umumnya banyak memberi metode teori. Sehingga beberapa kali, Rina mengatakan menghadapi beberapa kendala dan masalah dalam penerapan kurikulum tersebut.

Rina bilang, ada dua masalah yang dihadapi dalam mendirikan Highscope Indonesia. Pertama, kurangnya kepercayaan orang tua dan masyarakat akan penerapan sistem pendidikan yang berbeda. Kedua, mengubah gaya belajar guru dan orang tua yang sebagai corong pengetahuan anak.

Ke depan, Rina menargetkan dapat membuka sekolah HighScope di beberapa kota-kota besar lain di Jawa dan juga membuka pendidikan tingkat universitas.  (Jane Aprilyani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com