Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Bahan yang Dibuang, UKM Ini Raup Untung

Kompas.com - 14/12/2015, 10:36 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

KOMPAS.com - Keuntungan bisa diperoleh dari kreasi dan kepandaian membaca pasar maupun kesempatan.

Hal itu dibuktikan oleh Sholihin dan Ishaq Wahyudi. Kedua orang ini dengan jeli memanfaatkan dan mengolah barang-barang yang dianggap sudah tidak berguna lagi, sehingga menjadi sesuatu yang bernilai.

Sholihin memulai pekerjaan sebagai perajin sandal pada tahun 2004 yang membuatnya memiliki keterampilan menjahit.

Pria asal Cepu, Jawa Tengah yang kini berdomisili di Denpasar, Bali ini kemudian nekat memulai usaha sendiri dengan keterampilan menjahit yang dimilikinya, yakni membuat dompet kain pada tahun 2005.

Dompet buatannya tersebut dipasarkan di sebuah artshop atau toko benda seni yang menjadi langgannya hingga kini.

Di toko seni tersebutlah ia bertemu untuk pertama kalinya dengan seseorang dari mancanegara yang membuka kesempatannya untuk memasarkan produk untuk pasar ekspor.

Sholihin pun kini memproduksi berbagai benda kerajinan yang seluruhnya dipasarkan di luar negeri. Ia membuat tas dari bahan-bahan yang selama ini dianggap sampah yang tak berguna, seperti karung goni bekas cengkeh, kantong tepung terigu, hingga ban dalam mobil yang dikreasikannya menjadi tas modis dan bernilai tinggi.

"Tas bekas kantong terigu itu pesanan dari Spanyol. Tas karung goni bekas cengkeh diekspor ke Perancis, ini unik karena tasnya masih ada aroma cengkeh, pembeli di sana suka karena eksotis. Ada juga tas kecil yang tiap tahun dipesan dari Kanada, saya bisa membuat sampai 25.000 buah," kata Sholihin di kediamannya di Denpasar, akhir pekan lalu.

Tidak hanya itu, Sholihin dan sang istri, Atin, pun memproduksi tirai yang terbuat dari bahan serupa kaleng bekas minuman yang merupakan pesanan dari sebuah toko kerajinan di Ubud, Bali.

Ia menjelaskan, tirai tersebut hanya dijual di kedua toko tersebut dan dibeli oleh para turis asing, umumnya dari Belanda.

Lain lagi dengan Ishaq Wahyudi yang memproduksi kerupuk kulit atau rambak ikan tuna. Menurut Ishaq, selama ini kulit ikan tuna seringkali menjadi sampah lantaran tidak turut diolah sebagai hidangan.

Setelah mencoba menciptakan kreasi, ia pun berlabuh pada kreasi kerupuk rambak ikan. Kreasi kerupuk rambak ikan produksi Ishaq pun tidak langsung digemari konsumen.

Awalnya, Ishaq mengaku, banyak orang yang tidak percaya bahwa kulit ikan dapat diolah menjadi panganan yang rasanya enak dan gurih.

"Awalnya banyak yang enggak percaya kalau ini tidak enak. Sekarang saya bisa produksi 100.000 bungkus per hari. Karyawan saya sudah 9 orang," ujar Ishaq penuh semangat.

Menurut Ishaq, ada beberapa kelebihan kerupuk rambak ikan produksinya ketimbang produk kerupuk sejenis. Ia menjelaskan, kerupuk rambak ikan produksinya melalui proses penggorengan hingga kering dan sebelumnya pun telah dikeringkan.

"Yang lain itu (kulit ikan) masih basah, dikasih bumbu, lalu digoreng. Kalau ini lebih enak karena setelah dikeringkan digoreng lagi sampai kering. Kalau yang masih basah itu nanti agak amis. Produk saya sudah sampai ke seluruh Denpasar dan Gianyar," jelas Ishaq.

Sholihin dan Ishaq sama-sama memiliki pola kerja yang serupa dalam merintis, menjalani, dan mengembangkan usaha. Keduanya tidak takut untuk berinovasi dalam mencipta produk yang unik. Selain itu, keduanya pun tidak takut untuk menciptakan dan menjual produk yang unik dan berbeda, hingga akhirnya memperoleh kesuksesan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Whats New
[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

Whats New
Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Whats New
3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

Whats New
Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Whats New
10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

Spend Smart
Cara Transfer Pulsa Telkomsel dan Biayanya

Cara Transfer Pulsa Telkomsel dan Biayanya

Spend Smart
Pertamina Tegaskan Tetap Salurkan Pertalite kepada Masyarakat

Pertamina Tegaskan Tetap Salurkan Pertalite kepada Masyarakat

Whats New
Jumlah Kantor Cabang Bank Menyusut pada Awal 2024

Jumlah Kantor Cabang Bank Menyusut pada Awal 2024

Whats New
Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Whats New
Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Earn Smart
Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com