Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Sawit, Kerusakan Hutan dan Kampanye Beli yang Baik

Kompas.com - 26/01/2016, 17:25 WIB
Farid Assifa

Penulis

Prinsip lainnya adalah pertimbangan bertanggung jawab atsa pekerja serta individu dan komunitas yang terpengaruh oleh kegiatan pengusaha perkebunan dan pabrik minyak sawit, pengembangan penanaman baru yang bertanggung jawab dan komitmen terhadap perbaikan terus-menerus dalam area-area kegiatan utama.

Ahli Sertifikai RSPO, Dr Asril Darussamin mengatakan, delapan prinsip tersebut wajib dipenuhi oleh perusahaan. Jika ada satu saja yang tak terpenuhi, maka perusahaan tersebut tidak akan mendapat sertifikasi RSPO.

Menurut dia, sertifikasi RSPO tidaklah wajib dimiliki oleh perusahaan sawit. Namun demikian, tanpa sertifikasi RSPO, maka perusahaan sulit untuk mengekspor minyak sawit ke luar negeri, terutama negara-negara Eropa.

Untuk mendapatkan sertifikasi RSPO memang gratis. Namun perusahaan hanya diwajibkan membiayai proses auditing atau verifikasi standar-standar RSPO.
Di Indonesia sendiri, perusahaan sawit yang sudah mendapatkan sertifikasi RSPO sebanyak 109 dengan total area 1.467.134 kebun sawit dan produksi 5,8 juta ton atau 18,5 persen dari total produksi minyak kelapa sawit.

Perseroan Terbatas (PT) Musim Mas adalah salah satu perusahaan yang sudah mendapatkan sertifikasi RSPO. Perusahaan ini memiliki kebun sawit di Riau, yakni di Pangkalan Lesung dan Batang Kulim.

Ironi kampanye ekolabel

Seperti sudah dijelaskan tadi bahwa konsumen Indonesia belum memiliki kesadaran atas produk dengan asal-usul yang baik sehingga kampanye beli yang baik terus digelorakan WWF sejak 2015. Salah satu produk yang dianggap baik adalah yang memiliki ekolabel, untuk produk dari kelapa sawit adalah RSPO.

Namun ironisnya, di satu sisi WWF menggembor-gemborkan kampanye beli yang baik, tetapi di sisi lain produk yang bersertifikasi RSPO atau ekolabel sangat minim di Indonesia. Lantas apa yang hendak dikampanyekan oleh WWF?

Campaign Manager WWF Indonesia Dewi Satriani mengakui memang produk yang memiliki ekolabel, salah satunya RSPO untuk kelapa sawit, masih minim di pasaran Indonesia. Namun demikian, kampanye yang dilakukan WWF baru tahap awal, yakni memperkenalkan terlebih dahulu apa itu ekolabel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com