Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajib SNI, Produsen Mainan Edukatif Lokal Makin Terpuruk.

Kompas.com - 10/02/2016, 19:44 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

Sebab biaya sertifikasi yang harus dikeluarkan sangat mahal sehingga akan membuat biaya produksi membengkak.

"Ya otomatis tidak berani mengajukan (SNI). Soalnya pernah menanyakan biayanya berapa, ternyata untuk satu item produk saja itu biayanya sekitar Rp 16 juta dan itu hanya berlaku enam bulan. Padahal produk kita sudah lebih dari 200 item," ungkapnya getir.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Semarang sebagai kepanjangan pemerintah mengaku tidak menutup mata terhadap kesulitan yang dihadapi para produsen mainan anak ini.

Menurut Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Kabupaten Semarang Winarno, biaya terbesar bagi sertifikasi produk ini adalah untuk biaya uji laboratorium yang melibatkan pihak ketiga.

Pemkab Semarang bahkan pernah menganggarkan dana bantuan sertifikasi bagi produsen mainan serta pakaian bayi yang ada di wilayahnya, untuk mendorong daya saing di pasaran.

Namun jumlah yang dianggarkan jauh dibawah kebutuhan biaya sertifikasi.

Pihaknya berharap, semangat para pelaku usaha kreatif untuk mendapatkan sertifikasi ini segera mendapat gayung sambut dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.

"Kita sebatas (membantu) biaya operasional untuk fasilitasi produk mereka, tapi untuk biaya uji dan sertifikasi mungkin bisa dibantu oleh pemerintah provinsi atau pusat karena jumlahnya tidak sedikit. Jadi ada kesepamahaman, bahwa ini memang betul untuk daya saing produk-produk kita, mari sama-sama mengatasi agar SNI bisa keluar," kata Winarno.

Produk Aman Untuk Anak-anak

Suparjan memproduksi mainan edukatif dengan bahan dasar kayu mahoni.

Kendati ketersediaan kayu mahoni mulai jarang, namun sejauh ini belum berpengaruh pada proses produksi.

Kayu mentah yang akan digunakan, lebih dahulu dioven untuk menghilangkan getahnya.

Kayu kemudian dipotong menjadi balok-balok kecil. Balok-balok ini kemudian dihaluskan hingga tidak ada serat kasar yang keluar.

Setelah itu balok dipotong sesuai ukuran dan dibentuk sesuai dengan pola.

Dalam memproduksi mainannya, Suparjan memperhatikan keamanan untuk anak-anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com