Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Membuat Transportasi Berbasis Aplikasi Lebih Murah?

Kompas.com - 23/03/2016, 07:29 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ricuh unjuk rasa yang terjadi hampir setengah hari, pada Selasa (22/3/2016) kemarin menyadarkan kita semua pada dua hal. 

Di satu pihak, ada urusan perut yang perlu diurus baik-baik oleh regulator. Sementara di sisi lain, menunjukkan bahwa pada hakikatnya konsumen ingin dimengerti dan dimudahkan.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang melesat, konsumen mengharapkan kemudahan-kemudahan dalam aktivitas konsumsi dan peningkatkan kualitas pelayanan.

Yang mengemuka berikutnya, adalah persoalan harga. Lantas apa yang membuat tarif transportasi berbasis aplikasi lebih murah dibandingkan konvensional?

Managing Director untuk GrabIndonesia, Ridzki Kramadibrata menyampaikan, tarif dari layanan yang ditawarkan GrabIndonesia pada konsumen sebenarnya terbagi menjadi dua.

Pertama, untuk layanan GrabTaxi, mereka tetap menggunakan perhitungan argo dari masing-masing perusahaan taksi tanpa ada campur tangan dari Grab.

Kedua, untuk layanan selain GrabTaxi misalnya GrabBike, GrabCar, dan GrabExpress, perusahaan menggunakan skema perhitungan tarif yang disepakati di muka berdasarkan kilometer dan faktor lain sebelum melakukan pemesanan. 

"Jadi bukan sistem argo," ungkap Ridzki kepada kompas.com, Rabu (23/3/2016).

Dari laman resmi www.grab.com, perhitungan tarif untuk layanan Grab Car memang terlihat bersahabat. Tarif dasar transportasi berbasis aplikasi ini hanya Rp 2.500.

Praktis, ini sudah lebih murah beberapa ribu dibandingkan dengan tarif buka pintu taksi konvensional yang sebesar Rp 7.500 dan Rp 6.500 untuk taksi berkode tarif bawah.

Selanjutnya, konsumen tinggal membayar tarif untuk setiap kilometer yang ditempuh dari tempat penjemputan sampai tempat tujuan atau pemberhentian. Adapun tarif per kilometernya sebesar Rp 3.500.

Sementara itu, ada ketentuan lainnya dari layanan Grab Car ini, yaitu tarif minimum Rp 10.000 serta surge maximum 5 kali.

Dengan penghitungan tarif demikian, tak heran jika dihitung-hitung, kocek yang dikeluarkan untuk menuju suatu tempat menjadi lebih murah dibandingkan transportasi konvensional.

Tapi, mungkin ada kekhawatiran, tarif perjalanan tiba-tiba melambung pada saat macet?

Untuk kondisi macet, GrabIndonesia memastikan biaya perjalanan menggunakan Grab Car tidak akan pernah berubah.

"Kamu hanya membayar biaya sesuai dengan yang tertera di aplikasi ketika melakukan pemesanan," tulis GrabIndonesia dalam laman situsnya.

Terakhir, layanan Grab Car tidak mengenakan biaya pembatalan order. Sementara itu, sama halnya dengan taksi konvensional, biaya lain di luar tarif perjalanan, seperti misalnya tarif jalan tol, tetap harus dibayar sendiri oleh konsumen.

Kompas TV Masyarakat Dukung Transportasi Berbasis Online

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com