Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Susi Minta Ada Revolusi dalam Penggunaan Anggaran Negara

Kompas.com - 30/05/2016, 13:15 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kaluatan dan Perikanan Susi Pudjiastuti masih melihat adanya penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak efisien.

Ia pun meminta para pegawai di kementerianya untuk melakukan revolusi dalam menggunakan anggaran negara yang notabene anggaran untuk rakyat.

"Revolusi mental yang dicanangkan oleh pemerintah harus dilaksanakan dengan perubahan. Revolusi tidak terjadi tanpa perubahan," ujar Susi di acara rapat kerja teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (30/5/2016).

"Perubahan dalam menggunakan anggaran pembelanjaan pemerintah harus lebih ditingkatkan efisiensinya dan sufisiensinya," lanjut menteri nyentrik itu.

Ia bersyukur APBN Indonesia terus naik selama 10 tahun terakhir. Seharusnya, peningkatan anggaran tersebut harus bisa dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyat.

Namun, kenyataan berkata lain. Peningkatan pembangunan belum sejalan dengan peningkatan anggaran yang terus meningkat.

"Tidak boleh lagi bahwa APBN membeli atau belanjakan barang dengan harga 3-4 kali lipat. Kenyataan di pasar itu tidak boleh terjadi lagi," ucap Susi.

Menteri asal Pangandaran, Jawa Barat itu mengatakan, inefisiensi anggaran yang dilakukan oleh kementerian atau lembaga justru akan membebani rakyat.

Pemerintah akan mengalami defisit anggaran. Pencarian pendanaan untuk pembangunan pun pasti akan dilakukan, salah satunya dari utang luar negeri.

Utang inilah yang menurut Susi akan membebani rakyat. "Apabila utang negara makin tinggi, saya pastikan kewajiban warga negara juga makin tinggi," kata dia.

Oleh karena itu ia meminta semua jajaranya beserta pemerintah daerah untuk mengawal pelaksanaan program sejak perencanaan, pelaksanaan, sampai pencapaian hasilnya. Hal itu diharapkan akan mampu memastikan pengunaan anggaran bisa efisien.

Kompas TV Jokowi: Anggaran Rp 220 Triliun Segera Dibelanjakan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com