Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Anggaran 2017, Realistis atau Tetap Ambisius?

Kompas.com - 16/06/2016, 08:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Tahun ini, uang kas tidak selalu tersedia mengingat belanja negara sudah lebih besar dari uang yang diterima negara.

Hingga akhir Mei 2016, belanja negara sudah mencapai Rp 685,8 triliun, sementara penerimaan hanya sebesar Rp 496,6 triliun.

Artinya, begitu ada uang masuk dari pajak atau pos lainnya, langsung habis untuk belanja rutin dan infrastruktur.

Bahkan pemerintah harus berutang untuk membiayai belanja negara yang agresif. Hingga akhir Mei 2016, pemerintah sudah menghabiskan utang sebesar Rp 189,1 triliun untuk membiayai belanja.

Namun, meskipun tak ada uang di kas pemerintah, tentu saja gaji ke-13 dan ke-14 tetap akan dibayarkan karena itu merupakan komitmen pemerintah.

Sebelum pencairan gaji ke-13 dan ke-14 itu tiba, pemerintah dipastikan sudah mempersiapkan utang baru, salah satunya dengan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN).

 APBN-P 2016

Karena target anggaran dalam APBN 2016 tak mungkin tercapai, pemerintah pun mengajukan revisi dalam bentuk APBN-P 2016.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika APBN-P menjadi ajang untuk memperbesar target penerimaan dan belanja, pada tahun 2015 dan 2016, APBN-P menjadi ajang pemotongan anggaran untuk meluruskan target awal yang ambisius dan kurang realistis.

 

Pada APBN-P 2016, besaran pendapatan negara diturunkan dari Rp 1.822,54 triliun dalam APBN 2016 menjadi Rp 1.734,5 triliun.

Sementara belanja negara dipangkas dari Rp 2.095,72 triliun menjadi Rp 2.0447,84 triliun.

Meskipun telah dipotong sekitar Rp 88 triliun, target penerimaan negara dalam APBN-P 2016 tetap tak mudah untuk dicapai.

Pasalnya, target penerimaan tersebut sudah memperhitungkan tambahan pendapatan negara dari pemberlakuan UU Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty.

“Dengan adanya kebijakan baru seperti tax amnesty/voluntary disclosure, target PPh nonmigas diperkirakan akan tetap tercapai bahkan melebihi target dalam APBN tahun 2016. Dengan memperhitungkan tambahan pendapatan dari tax amnesty/voluntary disclosure maka pendapatan PPh nonmigas dalam RAPBNP tahun 2016 diharapkan mencapai Rp 819,49 triliun atau meningkat 14,5 persen dari target dalam APBN tahun 2016,” demikian tertulis dalam Nota Keuangan Rancangan APBN-P 2016 yang diajukan pemerintah ke DPR.

Pemerintah tidak menyebutkan berapa persisnya dana yang akan diperoleh dari Tax Amnesty. Namun, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro beberapa kali mengatakan potensi dana yang bisa diperoleh mencapai Rp 165 triliun.

Dana tersebut berasal dari uang tebusan yang harus dibayarkan pemohon Tax Amnesty kepada negara.

Berdasarkan data yang diungkap Kementerian Keuangan, saat ini ada sekitar 6.519 WNI dengan total kekayaan sekitar Rp 4.000 triliun yang disimpan di luar negeri.

Aset Rp 4.000 triliun tersebut tidak pernah dilaporkan oleh si empunya sehingga tidak pernah dibayarkan pajaknya.

Nah, dengan adanya Tax Amnesty, pemerintah berasumsi seluruh aset itu akan dilaporkan.

Jika tarif tebusan misalnya sekitar 4 persen dari nilai aset, maka pemerintah akan mengantongi sekitar Rp 160 triliun.

Nah masalahnya, hingga sekarang, pembahasan UU Tax Amnesty di DPR masih alot dan jauh dari kata selesai.

Artinya, jika tax amnesty gagal diberlakukan, maka realisasi penerimaan negara di akhir tahun akan jauh meleset.

Kalaupun tax amnesty jadi diberlakukan, jumlah yang diperoleh pemerintah pun belum tentu mencapai Rp 165 triliun seperti yang diungkapkan Menteri Bambang.

Sebab, Bank Indonesia yang biasanya lebih realistis dalam melakukan kalkulasi, memperkirakan potensi uang tebusan Tax Amnesty hanya sekitar Rp 45,7 triliun.

Halaman:


Terkini Lainnya

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com