Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Warteg, Harusnya Tidak Dirazia tetapi Dikelola

Kompas.com - 17/06/2016, 11:17 WIB
Murniati Mukhlisin

Penulis

Nabi Muhammad SAW dan caranya berdagang

Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang menjadi uswatun hasanah kita selaku umat Islam ini ternyata terkenal sebagai pedagang yang ahli.

Dicantumkan di dalam buku “The Super Leader Super Manager”, lebih kurang 28 tahun sebelum diangkat menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang yang pernah menjelajahi pasar–pasar di Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan sekitar jazirah Arab lainnya.

Dengan kecerdikannya berdagang, Nabi Muhammad SAW berhasil memenuhi kebutuhan pembeli yang berlainan dari satu kota ke kota yang lain. Misalnya beliau aktif berdagang di saat musim haji di pasar Ukaz dan Djuz Majaz, kemudian di musim lainnya aktif mengurus perdagangan grosir di kota Mekkah.

Dalam aktifitas perdagangan inilah, sang nabi berhasil mengenalkan hakikat bisnis Islami sebenarnya yang secara berangsur–angsur menghapuskan praktik riba di masa itu.

Ditemukan akad–akad Islami seperti perwakilan (wakalah), kemitraan (mudharabah dan musyarakah), jual-beli (murabahah), sewa-menyewa (ijarah) yang saat ini kita dapati dalam praktik bisnis syariah.

Di samping itu beliau senantiasa menunjukan sifat–sifat jujur (siddiq), amanah, menyampaikan kebaikan (baligh) namun tetap dengan kecerdasan yang luar biasa (fathonah).

Dari kisah di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Rasulullah SAW sudah mengajarkan kita bagaimana mengurus bisnis musiman, menangani pelanggan dengan berbagai tabiat dengan tetap mengedepankan sifat – sifat terpuji.

Kiat – kiat sukses

Tentu saja kita dapat mengambil uswah dari pengalaman dagang Rasulullah SAW dan membawanya dalam praktik dagang kita saat ini, paling tidak ada 7 kita sukses:

1. Memilih mitra bisnis yang dapat dipercaya dan mempunyai visi misi yang sama.
2. Memahami perputaran bisnis musiman dan geliat pesaing bisnis.
3. Mengatur cashflow saat musim laris dan musim sepi.
4. Mencari alternatif bisnis sampingan untuk menutupi bisnis utama yang sepi di kala – kala tertentu. Dalam kasus ini saat bisnis warteg sepi di bulan Ramadhan, penjual dapat menyulap warung menjadi toko penjual barang persiapan Lebaran seperti parcel lebaran, kue lebaran, pembuatan lontong dan ketupat, dan lain sebagainya.
5. Siapkan alat promosi yang disesuaikan dengan bisnis musiman.
6. Tetap mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan yang bukan hanya loyal membeli makanan warteg tetapi juga membeli barang jualan lainnya.
7. Melatih pekerja supaya biasa menghadapi perubahan dalam bisnis, bukan hanya ahli memasak sayur warteg tetapi juga bisa masak kuih muih dan berkreasi.

Yang paling penting adalah bisnis apapun yang dilakukan, hendaknya para pelaku bisnis tidak berorientasi kepada keuntungan semata.

Setelah berusaha, para pebisnis seharusnya senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan supaya Allah SWT menambahkan lagi nikmat tersebut (QS Ibrahim (14):7) juga ridha atas pembagian kepadanya sehingga Allah SWT akan memberkahi rezeki tersebut (HR Ahmad).

Pemerintah seharusnya lebih serius mengelola bisnis UKM yang merupakan salah satu pola bisnis paling cocok untuk menaikan taraf hidup masyarakat Indonesia.

Dengan adanya program pemberdayaan dan pelatihan berkala, bisnis warteg atau bisnis musiman apapun akan tetap berkelangsungan. Wallahu a'lam bis-shawaab. Salam Sakinah!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com