Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Diminta Beri Contoh Konkret Berhemat Anggaran daripada Cuma Arahan

Kompas.com - 06/08/2016, 21:35 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden RI Joko Widodo diharapkan tidak hanya memberikan arahan kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk menghemat anggaran.

Jokowi diharapkan memberikan contoh konkret penghematan anggaran, salah satunya dengan mengurangi perjalanan dinasnya.

“Kalau disebutkan belanja yang tidak efisien dihilangkan, kalau dilihat, paling banyak perjalanan dinas kan Presiden? Untuk proyek jalan tol trans-Sumatera saja sudah enam kali meninjau,” kata ekonom senior Insititute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri.

“Harapan saya, Presiden yang memberikan contoh terlebih dahulu,” tuturnya lagi.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi bahwa kunjungan Jokowi ke berbagai daerah berarti menunjukkan ‘negara hadir’, Faisal menilai Jokowi memiliki sistem untuk melakukan pengawasan, di samping kunjungan langsung.

“Kalau (ini) tidak (bisa dilakukan), berarti sistem tidak jalan. Dia kan sebenarnya bisa memonitor dari istana,” ucap Faisal.

(Baca juga: Ahok yang Pertama Kali Ditegur Saat Jokowi Blakblakan soal Serapan Anggaran Daerah)

Dalam sidang kabinet paripurna, Rabu (3/8/2016), pemerintah telah menyepakati pemangkasan anggaran sebesar R 133,8 triliun, terdiri dari belanja K/L sebesar Rp 65 triliun, serta dana transfer daerah sebesar Rp 68,8 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (5/8/2016), menyampaikan, anggaran sebesar Rp 65 triliun itu besar. Namun, dibandingkan dengan total anggaran yang dikucurkan K/L sebesar Rp 767 triliun, pemotongan Rp 65 triliun tersebut sebetulnya tidak terlalu besar, meski sebelumnya juga sudah ada efisiensi anggaran Rp 50,01 triliun.

“Belanja-belanja yang tidak prioritas dan bisa membuat ekonomi naik meningkat secara cepat itu adalah belanja-belanja pegawai yang memang tidak diperlukan, belanja dari sisi dana operasional, perjalanan dinas, biaya konsinyering, atau bahkan pembangunan gedung-gedung pemerintah yang sangat tidak mendesak,” kata Sri merinci jenis belanja yang perlu dikurangi.

Sri memastikan, jika belanja-belanja semacam itu dipotong, tidak akan mengurangi daya dorong dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendorong penciptaan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan.

Dalam sebuah diskusi on air, Sabtu (6/8/2016) Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta menuturkan, seharusnya tidak akan ada masalah operasional birokrasi dengan adanya pemotongan anggaran di K/L dan transfer daerah. Apalagi pemerintah telah mengubah pendekatan dari money follow function menjadi money follow program.

“Dalam membuat suatu kebijakan misalnya, kalau bisa dua kali pertemuan selesai, buat apa lima kali. Monitoring dua kali selesai, buat apa lima kali?” kata Arif.

(Baca juga: Jokowi Pangkas Anggaran Kementerian/Lembaga dan Dana Transfer Daerah)

 

Kompas TV Ahok Tanggapi Pernyataan Jokowi Tentang Serapan Anggaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com