Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Babak Baru Pengelolaan Moneter

Kompas.com - 23/08/2016, 14:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorM Fajar Marta

BI menilai BI 7-day Repo Rate, yang bertenor pendek, akan membuat transmisi kebijakan moneter menjadi lebih efektif dan lebih cepat sehingga pada akhirnya dapat mencapai target inflasi yang ditetapkan.

Bank sentral juga berharap, dengan suku bunga kebijakan yang baru, sinyal kebijakan moneter menjadi lebih kuat sehingga langsung direspons pasar.

Pendalaman pasar uang pun akan terjadi.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat Bank Indonesia mengganti BI Rate dengan BI 7-day Repo Rate.

Salah satunya, BI 7-day Repo Rate lebih mencerminkan suku bunga di pasar uang jangka pendek, yang merujuk pada suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) semalam.

“Dalam best practise yang diterapkan sebagian besar bank sentral di dunia, suku bunga kebijakan itu biasanya mencerminkan suku bunga PUAB semalam,” kata Mirza beberapa waktu lalu.

Selama ini, suku bunga PUAB semalam selalu bergerak di sekitar BI 7-day Repo Rate yang kini sebesar 5,25 persen.

Adapun BI Rate tidak mencerminkan suku bunga PUAB semalam mengingat BI Rate setara dengan tenor satu tahun yang sebesar 6,5 persen.

Karena dipakai untuk mengelola likuiditas, suku bunga kebijakan seharusnya dapat ditransaksikan sebagai instrumen di tempat likuiditas paling banyak ditransaksikan.

Menurut Mirza, likuditas yang beredar di PUAB saat ini sekitar Rp 367 triliun.

Dari jumlah itu, sebanyak Rp 110 triliun atau 33 persen dari total dana di PUAB ditanam di instrumen jangka pendek dengan tenor satu minggu dan dua minggu, serta satu bulan.

Adapun yang ditanam di instrumen satu tahun yang setara tenor BI Rate adalah 29 persen.

“Artinya, likuiditas terbesar ditanam di instrumen jangka pendek. Dengan demikian, jika tenor suku bunga kebijakan juga berjangka pendek, maka akan lebih efektif dalam mengelola likuiditas di pasar,” kata Mirza.

Mirza mengatakan, penerapan BI 7-day RR Rate juga akan membuat struktur suku bunga di PUAB akan menjadi lebih dalam terutama untuk tenor 3 bulan hingga 12 bulan.

“Dengan menguatnya sinyal kebijakan moneter seiring penerapan BI 7-day RR Rate, diharapkan transmisi ke suku bunga bank menjadi lebih cepat,” kata Mirza.

Dengan menggunakan 7-day, pengelolaan moneter tentu akan lebih efektif.

Artinya, pengendalian inflasi akan lebih efektif ketimbang sebelumnya.

Kondisi ini membuncahkan optimisme bahwa inflasi rendah dan stabil yang selama ini kita impikan akan bisa terwujud.

Di sisi fiskal, momentum perbaikan ekonomi juga terjadi.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2016 mencapai 5,18 persen, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,91 persen.

Pertumbuhan didorong terutama oleh meningkatnya konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah.

Meskipun pemerintah akan kembali memotong anggaran, ruang pertumbuhan masih terbuka mengingat pembangunan proyek-proyek infrastruktur masih terus berlanjut.

Jika ekonomi bertumbuh dalam kondisi inflasi yang tetap rendah, maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang ditandai dengan penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan.

Moneter dan fiskal ibarat dua mesin pendorong perekonomian. Jika keduanya bekerja dengan baik, maka akan tercipta pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan.

Kompas TV Belajar Dari Pertumbuhan Ekonomi India
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com