KOMPAS.com – “ Tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, gurih gurih nyoi,” begitulah jingle yang terdengar saat mobil penjual tahu bulat melintas.
Jajanan yang awalnya hanya ada di kota Cianjur dan Sukabumi—keduanya di Jawa Barat—itu kini dengan mudah bisa dijumpai di kawasan Jabodetabek.
Meski kehadiran penjual camilan tersebut semakin hari terus bertambah, bisnis tahu bulat masih tetap menjanjikan, karena banyak orang tetap menggemarinya sebagai jajanan favorit.
"Omzet penjualan bisa Rp 1,5 juta dengan 2.500-3.000 buah tahu bulat terjual per hari," ujar Ade yang merupakan pedagang tahu bulat di Bogor, seperti dimuat Kompas.com, Minggu (15/5/2016).
Adapun sistem penjualan tahu bulat, menurut Ade, adalah bagi hasil. Dari harga jual Rp 500 per butir, setengahnya Rp 250 per buah disetor ke bos di Kota Bogor, Jawa Barat.
Sementara itu, lanjut Ade, untuk mobil pick-up atau bak terbuka ia sewa Rp 100.000 per hari. Pengeluaran tersebut belum termasuk biaya operasional lain.
"Sehari harus keluar Rp 50.000 buat bensin, Rp 90.000 untuk minyak goreng dan bumbu. Kalau untuk makan kira-kira Rp 20.000 sehari,“ kata Ade.
Hasil lebih bagus malah diperoleh Saep Bani, pedagang tahu bulat di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, ini mengaku masih mendapatkan keuntungan lumayan meski sudah mulai berkurang.
“Pada 2014 omzet mencapai Rp 11-12 juta per hari. Namun, pada 2016 ini hanya mencapai Rp 4-5 juta per hari,“ kata Saep, seperti dimuat Kompas.com, Selasa (17/5/2016).
Efisiensi dan strategi penjualan
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan