Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Mesin "Tax Amnesty" Panas Lagi...

Kompas.com - 30/11/2016, 19:54 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak memasuki periode kedua, program pengampunan pajak atau tax amnesty bak ditelan bumi.

Momentum tax amnesty periode kedua seolah tertutup dengan berbagai isu yang mencuat ke publik misalnya kasus dugaan penistaan agama dan Pilkada.

Namun, pemerintah tidak mau tinggal diam. Direktorat Jenderal Pajak misalnya mencoba memanaskan kembali mesin tax amnesty yang sempat dingin.

Bahkan, Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi sudah melakukan blusukan ke pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta.

Tujuannya tentu menyosialisasikan tax amnesty ke para pedagang yang notabene UMKM. Tercatat Pasific Place, Pasar Tanah Abang, ITC Mangga Dua, Kalibata Square, hingga Pasar Kramatjati didatangi Ditjen Pajak untuk menggemakan kembali tax amnesty.

Tidak hanya itu, Ditjen Pajak juga menyasar wajib pajak berdasarkan profesi. Misalnya wajib pajak sektor pertambangan, dokter, pengacara, notaris, hingga kurator dikumpulkan.

Harapannya tentu, para wajib pajak itu mau ikut tax amnesty sehingga perolehan uang tebusan tidak mentok diangka Rp 95 triliun saja.

Direktur Pelayanan dan Penyuluhan (P2) Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama mengatakan, pihaknya masih memiliki optimisme tax amnesty menemukan kembali agresivitasnya.

"Kami yakin di Desember pekan kedua ini akan kembali naik lagi," ujar Hestu Yoga di Jakarta, Rabu (30/11/2016).

Keyakinan juga menyelimuti kinerja repatriasi yang saat ini masih terpaku di Rp 143 triliun. Tentu keyakinan itu bukan tanpa alasan. Menurut Hestu Yoga, bila berkaca kepada pelaksaan tax amnesty periode pertama, sebagin besar wajib pajak ikut program tersebut pada September, bulan terakhir periode satu.

Apalagi, Ditjen Pajak membaca gelagat kebiasaan wajib pajak yang kerap datang ke kantor pajak pada akhir-akhir periode tax amnesty. Hal itu terlihat pula saat akhir pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

"Kami susah membuat target atau perkiraan. Anda tahu sendiri di periode pertama pun tidak bisa diperkirakan berapa. Dan di periode kedua ini, kami juga tidak bisa perkirakan berapa uang tebusan yang akan masuk," kata Hestu Yoga.

Meski begitu, Ditjen Pajak tidak memusingkan angka-angka. Yang penting kata Hestu Yoga, Ditjen Pajak akan bekerja sekeras mungkin. Dengan begitu ia berharap hasilnya bisa optimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com