Eropa akan dihadang oleh gejolak geopolitik akibat pemilu yang berlangsung di Prancis, Jerman, Italia dan Belanda.
Belum lagi proses pemisahan Inggris dari Uni Eropa. Pelemahan euro akan menguntungkan USD yang bisa terus melenggang unggul.
Ketiga, dengan lonjakan aktivitas ekonomi AS, di saat yang sama pelaku pasar global masih memandang China akan terus bergelut dengan aktivitas ekonomi yang belum membaik, walau tidak seburuk tahun 2016 lalu.
"Penting melihat realisasi kebijakan Trump dan The Fed di paruh pertama 2017, hal ini akan memicu rentang rupiah sepanjang semester satu 2016 akan cenderung melemah ke level Rp 13.600 per dollar AS," perkiraan Eric.
Nantinya setelah jelas langkah yang diambil AS, fundamental dalam negeri yang stabil seperti proyeksi sebelumnya bisa menopang penguatan rupiah ke level Rp 13.300 per dollar AS di penutupan 2017.
(Baca: BI: Rupiah Terbaik Kedua di Asia pada Tahun 2016)
Menurut Eric, biasanya setelah membaca tren pergerakan tengah tahun, antisipasi dan kekuatan domestik bisa membawa rupiah lebih baik di akhir tahun. (Namira Daufina)