Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Amerika Serikat, Kadin Sarankan Indonesia Tidak Ikut TPP

Kompas.com - 27/01/2017, 17:12 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani menyarankan kepada pemerintah agar tidak lagi membahas apakah Indonesia masuk dalam kerja sama multilateral Trans Pacific Partnership (TPP).

Menurutnya, hal itu dilihat dari Amerika Serikat (AS) yang menjadi pelopor dalam TPP sudah memastikan diri tidak akan turut serta dalam TPP.

"Kalau menurut saya, sekiranya tidak usah bahas TPP lagi, mereka (AS) saja keluar. Kita kan juga ada kerjasama lainnya dengan Eropa atau Australia," ujar Rosan dalam diskusi CSIS di Jakarta, Jumat (27/1/2017).

Menurut Rosan, meskipun Indonesia tidak bergabung dalam kerja sama TPP, namun, Indonesia tetap memiliki potensi dalam merambah pasar AS. Salah satunya melalui ekspor produk garmen yang selama ini menjadi salah satu andalan Indonesia.

"Ekspor kita ke AS nomor satu adalah garmen," ungkapnya.

Setelah Amerika sudah memastikan tidak ikut dalam kerja sama TPP, salah satu anggota TPP yakni Australia telah meminta Indonesia dan China agar segera bergabung. Harapannya, bergabungnya dua negara ini akan semakin memperkuat kerja sama dalam TPP.

Namun, Rosan berpendapat bahwa keinginan Australia agar Indonesia masuk dalam TPP sudah tidak relevan. Sebab, Indonesia juga sudah melakukan kerja sama secara bilateral dengan Australia dan beberapa negara lain yang akan ikut serta dalam TPP.

Ke depan, pemerintah Indonesia agar lebih fokus kepada perjanjian kerja sama perdagangan yang sudah terjalin seperti kerja sama ASEAN dengan Australia, dan kerja sama dalam Indonesia-Europe Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU-CEPA).

"Kalau TPP ini kan kita ingin menjaga perdagangan dengan Amerika Serikat. Kalau Amerika saja tidak ikut ya untuk apa," paparnya.

Sementara itu, Rosan menambahkan, untuk saat ini negara-negara di kawasan ASEAN memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan kawasan lain. Dengan itu, menurut Rosan, agar menjaga pertumbuhan ekonomi tetap baik, pemerintah Indonesia sebaiknya mengajak negara di kawasan ASEAN agar bersama-sama meningkatkan perekonomian.

"Pembicaraan perekonomian (kawasan) kita akan lebih cocok. Jangan sampai ada negara yang keluar seperti brexit karena ini akan menggangu perekonomian bersama," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com