Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Kasus Pembobolan Bank adalah Debitur Nakal Bank Mandiri

Kompas.com - 10/03/2017, 13:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Bareskrim Polri mengungkap kasus pembobolan bank yang terjadi dalam kurun waktu Maret-Desember 2015. Akibat tindak pidana tersebut, tujuh bank yang menjadi korban rugi Rp 836 miliar.

Kasus pembobolan bank itu bermula saat Direktur PT Rockit Adelway berinisial HS mengajukan permohonan kredit kepada tujuh bank, baik itu swasta maupun pelat merah.

Diketahui PT Rockit Aldeway adalah debitur nakal PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

(Baca: Ini Kronologi Kasus Pembobolan Tujuh Bank Senilai Rp 836 Miliar)

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas belum memberikan keterangannya ketika ditanya Kompas.com hingga berita ini ditayangkan.

Akan tetapi, data yang dihimpun Kompas.com, Bank Mandiri pernah menyatakan bahwa PT Rockit Aldeway adalah debitur nakalnya.

Bank Mandiri pun telah menandatangani nota kesepahaman dengan Kejaksaan Agung RI. Kerja sama dengan Kejagung RI dilakukan untuk menyeret debitor nakal yang merugikan negara.

Rohan pernah menyatakan, kerja sama dengan lembaga-lembaga hukum negara pun bukan sekedar gertak sambal.

Bank Mandiri, imbuh dia, benar-benar akan menyeret para debitor nakal ke ranah hukum, yakni yang tidak bisa bekerja sama dalam penyelesaian kredit.

"Kami kerja sama dengan Kejagung untuk debitur-debitur nakal yang berpotensi menimbulkan kerugian negara. Kami akan benar-benar membawa mereka ke ranah hukum," kata Rohan beberapa waktu lalu.

Bank Mandiri pun pada akhir 2016 telah melaporkan salah satu debitur bermasalahnya, yakni Harry Suganda, sebagai key person PT Rockit Aldeway ke kepolisian terkait dugaan tindak pidana penipuan, pemalsuan, dan pencucian uang.

Langkah tersebut pun akan diikuti dengan pelaporan debitur-debitur bermasalah dan tidak kooperatif lainnya, seperti PT Central Steel Indonesia dengan pengurus perusahaan Tan Le Ciaw selaku komisaris dan Pemegang Saham serta Erika Widiyanti Liong selaku direktur utama.

Pihak kepolisian menyatakan, purchasing order yang menjadi dasar permohonan kredit PT Rockit Aldeway, rupanya palsu.

(Baca: Usut Kasus Pembobolan Bank Rp 836 Miliar, Bareskrim Gandeng PPATK)

Ada 10 purchasing order yang seluruh dokumennya palsu. Untuk menghindari kewajiban membayar utang, HS lantas mempailitkan perusahaannya tersebut.

Dalam kasus ini, ada dua orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Selain HS, penyidik juga menetapkan seseorang berinisial D, manajer representatif kredit dari salah satu bank.

Tanggapan OJK

Untuk mengklarifikasi kasus tersebut, Kompas.com pun menghubungi pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai otoritas perbankan.

Namun demikian, pihak regulator mengaku belum mendengar pengungkapan kasus dan penangkapan yang dilakukan kepolisian.

"Belum dengar, nanti saya coba cek," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon kepada Kompas.com.

Nelson mengungkapkan, pihaknya akan mengecek modus pembobolan bank melalui kredit yang telah diungkap pihak kepolisian tersebut.

(Baca: PT Rockit Aldeway Beri Rp 700 Juta agar Dimudahkan Dapat Kredit Bank)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com