Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Kabar Wacana Pemisahan Ditjen Pajak dari Kementerian Keuangan?

Kompas.com - 04/04/2017, 17:23 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana pemisahan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dari Kementerian Keuangan dan menjadi lembaga sendiri mendapat banyak kritikan dari para ekonom.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, seringkali pemerintah berupaya menyelesaikan masalah dengan mengutak-atik kelembagaan.

Namun, setelah lembaganya berubah, koordinasi malah makin sering menjadi masalah. Justru yang lebih penting dari urusan lembaga itu ialah sistem perpajakan.

"Negara manapun yang efektif mengoptimalkan penerimaan pajak, itu memang karena sistemnya," ucap Enny di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/4/2017).

Adapun sistem yang dimaksud Enny di antaranya pegawai pajak, IT, prosedur dan administrasi perpajakan. Perubahan lembaga tanpa perbaikan sistem menurut Enny, hanya akan menimbulkan potensi moral hazard.

Anggota Indef yang juga mantan Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani berpendapat, sebaiknya wacana tersebut tidak direalisasikan.

"Jadi tetap digabung saja," ujar Aviliani. Alasannya, faktor utama yang mendorong peningkatan tax ratio bukanlah jadi satu atau tidaknya Ditjen Pajak dengan Kementerian Keuangan, melainkan kepatuhan wajib pajak.

Sistem identitas tunggal (single identity) lebih perlu dibangun daripada urusan pemisahan lembaga. "Kalau dipisahkan menurut saya justru akan memperpanjang birokrasi," kata Aviliani.

Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta menambahkan, proses otomasi dalam pengumpulan pajak dan memperbaiki tata kelola yang baik lebih penting, daripada membangun lembaga baru. "Itu syarat transformasi," kata Arif.

Wacana pembentukan badan penerimaan negara atau badan penerimaan pajak sudah mulai berhembus pada 100 hari terakhir pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono.

Menteri Keuangan waktu itu, Bambang PS Brodjonegoro menyampaikan, bentuk pemisahannya bisa meniru model Kemenristek-BPPT, Kementerian Keuangan-BPKP atau model Kementerian ESDM-SKK Migas.

Sementara itu, menurut Kepala Bappenas kala itu Armida Alisjahbana, rencana ini adalah untuk menindaklanjuti tax ratio. Dalam perkembangannya, pemerintah Joko Widodo melakukan reformasi pajak dimulai dengan menggelar program tax amnesty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com