Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Topang Ketahanan Pangan, KKP dan BPPT Dorong Teknologi Budidaya Ikan

Kompas.com - 19/04/2017, 16:51 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebutuhan pangan nasional, termasuk di dalamnya adalah konsumsi daging putih alias produk ikan terus meningkat dan harus stabil. Oleh sebab itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjalin kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam pengembangan teknologi budidaya perikanan.

"Satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional adalah dengan mendorong peningkatan produksi nasional berbasis komoditas unggulan melalui pengembangan inovasi teknologi yang efektif, efisien, dan mampu diadopsi secara massal oleh masyarakat," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam pernyataan resmi, Rabu (19/4/2017).

Slamet menyatakan, BPPT memiliki peran strategis terutama dalam menciptakan inovasi teknologi budidaya perikanan. Sehingga, kerja sama dengan KKP memiliki nilai penting dalam memberikan solusi bagi optimalisasi sumberdaya perikanan budidaya di Indonesia.

Inovasi teknologi yang berbasis mitigasi dan konservasi, pemilihan komoditas atau spesies yang memiliki performance lebih baik khususnya yang adaptif terhadap kondisi lingkungan sejak dini harus menjadi fokus pengembangan.

“Fokus kerja sama KKP dengan BPPT ke depan, saya rasa perlu lebih difokuskan pada upaya-upaya bagaimana mendorong produktivitas tinggi di tengah tantangan perubahan iklim dan lingkungan global saat ini”, jelas Slamet.

Pada sub sektor perikanan budidaya, kerjasama KKP-BPPT setidaknya akan diarahkan pada lima bidang, yaitu pengembangan spesies ikan yang adaptif, teknologi di bidang genetika, pengembangan hormone rekombinan, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, dan pengembangan teknologi nutrisi (pakan).

Di samping itu, kerja sama ini juga akan didorong untuk menghasilkan inovasi peralatan, mesin dan prasarana budidaya, antara lain seperti teknologi terkait kapal angkut ikan hidup, paddle wheel Aerator (kincir) untuk budidaya tambak, dan prasarana budidaya lainnya.

Diakui Slamet, hingga saat ini lebih dari 50 persen peralatan, mesin dan prasarana budidaya merupakan produk luar negeri.

"Oleh karena itu, kerja sama ini nantinya merupakan momen penting untuk mengurangi ketergantungan pada produk-produk impor, yaitu dengan mulai mengawali pengembangan produk-produk buatan dalam negeri," tuturnya.

Sebagai informasi, hingga tahun 2019 tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia diproyeksikan akan mencapai lebih dari 50 kilogram per kapita, artinya untuk mencukupi kebutuhan tersebut dibutuhkan pasokan setidaknya sebanyak 14,6 juta ton ikan konsumsi.

"Bukan tidak mungkin suplai tersebut dipredikasi akan banyak tergantung pada produk ikan hasil budidaya yaitu sekitar 60 persen dari total kebutuhan," jelas Slamet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Whats New
5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

Spend Smart
Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Whats New
[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

Whats New
Ketidakpastian Global Percepat Adopsi 'Blockchain'

Ketidakpastian Global Percepat Adopsi "Blockchain"

Whats New
XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

Whats New
Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Whats New
Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Whats New
Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Whats New
Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim 'Revamping' Pabrik Tertua

Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim "Revamping" Pabrik Tertua

Whats New
Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Whats New
Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Whats New
Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Whats New
Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com