Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Izak Jenie
Pegiat Fintech

Anggota Asosiasi FinTech Indonesia dan CEO PT JAS Kapital

AI, "Fintech" dan Ekonomi Rakyat

Kompas.com - 18/07/2017, 06:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Namun implementasi AI kepada kumpulan data di atas harus dilihat dari sudut yang berbeda dengan menggunakan analisa big data.

Jika biasanya analisa dilakukan dengan menentukan set of rules atau batasan-batasan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan ketentuan tersebut, ilmu AI menerapkan mekanisme trial and error.

Analoginya adalah seperti saat kita terkejut karena tangan kita menyentuh benda panas, maka otak akan memerintahkan untuk tidak melakukan hal yang sama lagi.

Demikian pula dengan penerapan AI di area tekfin, dari jutaan data transaksi yang ada di Bank, disatukan dengan informasi pemilik rekening, data media sosial dan data pengembalian pinjaman nasabah, maka sebetulnya Bank bisa membuat ‘otak besar’ yang dapat menganalisa mengenai boleh tidaknya seseorang diberikan pinjaman. Dengan memasukkan sebuah data, otak ini akan memberikan ‘opini’ layaknya seorang pakar.

Semakin banyak otak ini ‘belajar’ dari jutaan data baru, maka ia akan menjadi semakin ‘cerdas’ dan ‘pintar’ dalam membuat keputusan atau rekomendasi keuangan.

Layaknya pemain catur yang sering berlatih, setiap kekalahan, atau kesalahan, akan menjadi umpan balik untuk dapat mengungungguli permainan berikutnya.

Potensi besar ilmu AI sayangnya belum didukung kesiapan pasar di Indonesia. Masih dibutuhkan upaya bersama untuk menciptakan ekosistem yang lebih siap.

Pemerintah, misalnya, perlu memastikan regulasi yang dapat mengikuti perkembangan teknologi, namun tanpa membebani.

Di sisi lain, individu juga perlu lebih cermat dalam mengelola data pribadi, termasuk yang terhimpun dalam media sosial. Pelaku usaha pun harus bertanggung jawab dalam mengelola data agar dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

Bisa dibayangkan bila Bank, Jasa Keuangan dan P2P lending tekfin dapat dengan cepat memberikan pinjaman, maka roda perputaran ekonomi di segmen bawah akan bergerak jauh lebih cepat.

Bila pemberi pinjaman dengan percaya diri dapat memberikan pinjaman di bawah 100 juta kepada banyak rakyat kecil, maka implikasi dari sebaran ekonomi akan menjadi sangat signifikan.

Hal ini akan menjadi jawaban atas kesenjangan pembiayaan yang terjadi di Indonesia, yang saat ini banyak diambil alih oleh pemberi pinjaman tidak resmi seperti tengkulak.

Sehingga ibarat sebuah kebun bunga, air yang disiram ke kebun tersebut tidak hanya terfokus pada beberapa lokasi bunga tertentu saja melainkan juga mengalir dan menyebar ke semua hamparan, termasuk rumput-rumput kecil yang baru tumbuh sehingga rumput tersebut bisa melepas dahaga dan tumbuh dengan jauh lebih cepat. Semoga.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com