Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Akan Genjot Produksi Kopi Arabika

Kompas.com - 18/07/2017, 19:01 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan produktivitas tanaman kopi nasional tengah menjadi perhatian pemerintah. Banyaknya tanaman kopi rakyat yang sudah tua membuat produksi kopi nasional cenderung stagnan.

Namun demikian, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengaku optimis Indonesia dapat bersaing dengan Brasil, Vietnam dan Kolombia, sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia.

Pada saat ini Indonesia masih bertengger di posisi empat besar sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia.

Tahun 2016 total produksi kopi nasional mencapai 639.000 ton. Kopi robusta menguasai sebesar 90 persen total produksi nasional dan sisanya arabika hanya 10 persen.

(Baca: Kopi Indonesia Harus Mendunia)

Kini pemerintah tengah meningkatkan populasi tanaman kopi arabika dengan melaksanakan peremajaan tanaman kopi atau replanting terhadap tanaman-tanaman kopi arabika yang sudah tua dan tidak produktif.

“Ke depan kami akan ubah strateginya. Caranya dengan mengandalkan pengembangan varietas arabika. Arabika itu harganya dua kali lipat dibandingkan robusta. Kami ingin nanti perbandingannya 50:50,” ujar Amran di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, Selasa (18/7/2017).

Adapun lokasi-lokasi yang tengah disiapkan adalah lokasi yang memiliki struktur geografis yang mendukung tanaman kopi arabika seperti daerah Kumbang, Jawa Tengah, dan Tapanuli, Sumatera Utara.

Direktur Jenderal Perkebunan Bambang mengungkapkan, secara geografis lokasi tersebut cocok karena memiliki ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

“Kami sesuaikan dengan kondisi wilayah pengembangan yang ketinggiannya sesuai dengan kebutuhan arabika. Ada beberapa lokasi tetapi banyak tanamannya sudah tua sehingga ada kemungkinan untuk diganti menjadi pengembangan arabika,” ungkap Bambang.

Bambang menegaskan, untuk melakukan replanting ada beberapa cara yang akan dilakukan. “Kalau tanaman yang sumber batang bawahnya masih bagus, bisa disambung dengan pucuk yang baru yang memiliki produktivitas tinggi. Itu tidak perlu waktu lama untuk kembali produksi,” jelas Bambang.

Dengan itu, para petani kopi tidak perlu khawatir akan mengalami vakum produksi dan kehilangan penghasilan jika melakukan peremajaan tanaman kopi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com