Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asperindo: Wajar Enggak Menaikkan Tarif hingga 300 persen?

Kompas.com - 06/02/2019, 16:37 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Bidang Organisasi Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo), Trian Yuserma mengatakan, kenaikan tarif Surat Muatan Udara (SMU) harus dilakukan secara wajar.  Menurut dia, kenaikan tarif ini jangan sampai memberatkan dan merugikan perusahaan jasa pengiriman logistik.

"Kenaikannya yang wajar lah. Kita ingin tarif SMU turun," kata Trian kepada Kompas.com, Selasa (6/2/2019).

Trian menyebutkan, kenaikan tarif SMU ini sudah diberlakukan semua maskapai penerbangan. Kondisi ini dinilai memberatkan para perusahaan jasa pengiriman barang di Tanah Air.

Karena biaya yang mereka keluarkan akan bertambah besar dalam menjalankan operasional perushaan.

Baca juga: Tarif Surat Muatan Udara Naik, Asosiasi Jasa Pengiriman Surati Jokowi

"Perusahaan otomatis tarif pengiriman lewat udara harus naik, kita akan naikkan harga juga," sebutnya.

Dia menjelaskan, kenaikan tarif SMU tersebut sudah terjadi sejak Juli 2018 lalu dan kembali terjadi pada Januari tahun ini. Selama kurun waktu itu, kenaikan sudah beberapa kali dilakukan pihak maskapai penerbangan dan akhirnya menuai tanggapan negatif, khususnya kalangan pengusaha.

"Secara akumulatif bervariasi kenaikannya, bahkan ada yang sampai 300 persen," sebutnya.

Dia berharap maskapai penerbangan lebih cermat dan penuh pertimbangan dalam menaikkan tarif SMU. Artinya, harus punya dasar dan alasan kuat jika melakukan itu. Sehingga tidak memunculkan persolaan.

"Kita kan bisa membaca laporan keuangan (maskapai). Wajar enggak menaikkan tarif 100 persen, 200 persen hingga 300 persen. Kalau dia (maskapai) rugikan kelihatan," paparnya.

Kenaikan tarif SMU ini memberikan pengaruh signifikan terhadap keuangan perusahaan jasa pengiriman barang. Mereka juga terpaksa melakukan penyesuaian tarif baru untuk pengiriman barang/paket sesuai rute.

Ujungnya, perusahaan mendapat keluhan dan komentar kurang baik dari mitranya atau pelanggan maupun masyarakat.

"Dampaknya juga untuk perekonomian. Sekarang sudah ada komplain dari pelaku e-commerce. Eksportir pertanian, dan peternakan juga sudah mulai komplain," ungkapnya.

Asperindo mengeluhkan kebijakan baru yang diambil pihak maskapai penerbangan. Mereka sudah menyurati Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan permasalahan ini dan berharap mendapat respons baik dari kepala negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Luhut Optimistis Upacara HUT RI Ke-79 Bisa Dilaksanakan di IKN

Luhut Optimistis Upacara HUT RI Ke-79 Bisa Dilaksanakan di IKN

Whats New
Perkuat Distribusi, Nestlé Indonesia Dukung PT Rukun Mitra Sejati Perluas Jaringan di Banda Aceh

Perkuat Distribusi, Nestlé Indonesia Dukung PT Rukun Mitra Sejati Perluas Jaringan di Banda Aceh

BrandzView
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Harga Emas Dunia Turun di Tengah Penantian Pasar

Harga Emas Dunia Turun di Tengah Penantian Pasar

Whats New
Resmi Melantai di BEI, Saham Emiten Aspal SOLA Naik 30 Persen

Resmi Melantai di BEI, Saham Emiten Aspal SOLA Naik 30 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com