NEW YORK, KOMPAS.com - Industri minyak Venezuela berisiko ambruk, menurut Lembaga Energi Internasional (IEA). Hal ini disebabkan berbagai permasalahan pada ekonomi dan fasilitas kelistrikan Venezuela.
"Meskipun ada tanda-tanda situasi (kelistrikan) mulai membaik, degradasi sistem tenaga listrik adalah hal yang tidak bisa kita pastikan apabila perbaikannya membutuhkan waktu," kata IEA dalam laporannya seperti dilansir dari CNN, Minggu (17/3/2019).
Sebagian besar wilayah Venezuela mengalami pemadaman listrik selama pekan lalu. Pemerintahan Presiden Nicolas Maduro menyatakan listrik telah pulih, meski masih ada laporan bahwa aliran listrik masih padam.
Baca juga: China Tawarkan Bantuan ke Venezuela untuk Pulihkan Listrik
Adapun Venezuela memproduksi sekira 1,2 juta barrel per hari (bph) ketika beroperasi normal, menurut IEA. Namun, IEA menyatakan ada banyak faktor yang dapat memicu kalahnya minyak Venezuela di pasar minyak global.
Salah satunya adalah kesepakatan pemangkasan produksi minyak oleh OPEC dan beberapa negara produsen non-OPEC, yang juga setara 1,2 juta bph.
Tidak hanya itu, tanda-tanda perlambatan ekonomi global juga dapat menyebabkan penurunan permintaan minyak. Tren peningkatan ekspor minyak Kanada dan AS juga bisa menutupi sebagian permintaan.
Baca juga: Dalam Sepekan, 8 Ton Emas Bank Sentral Venezuela Dijual Ilegal
Sebagai upaya menggulingkan Maduro, AS menjatuhkan sanksi untuk Venezuela dan industri minyaknya pada Januari 2019. Venezuela dilarang ekspor minyaknya ke konsumen-konsumen AS.
Sanksi tersebut pun memukul industri minyak Venezuela, yang memperoleh sebagian pasoka naphta dari AS. Pasokan naphta, yang merupakan campuran cairan hidrokarbon untuk melarutkan minyak mentah telah diputus.
Baca juga: Krisis, Venezuela Jual Cadangan Emas Bank Sentral ke Uni Emirat Arab
Akibatnya, Venezuela kesulitan mengolah minyak mentahnya yang sangat pekat. Minyak dari Venezuela pun tak bisa dikirim.
Rystad Energy memproyeksikan sejumlah operator tambang minyak di Venezuela akan kehabisan pasokan naphta pada akhir bulan ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.