Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Stabilitas Ekonomi Jadi Alasan BI Tahan Suku Bunga

Kompas.com - 16/05/2019, 17:34 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 6 persen. Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (KOMPAS100: BBNI) Ryan Kiryanto menilai keputusan bank sentral sudah tepat.

Sebab, dipertahankannya suku bunga acuan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.

"Sudah tepat pula jika BI harus terus mencermati perkembangan pasar keuangan global agar pengelolaan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dapat dilakukan dengan efisien dan efektif," ujar Ryan dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (16/5/2019).

Baca juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Tetap 6 Persen di Mei 2019

Dengan mempertahankan suku bunga acuan tetap 6 persen, diharapkan mampu mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, mendorong peningkatan ekspor, menggerakkan aktivitas pariwisata serta merangsang aliran masuk modal asing (capital inflows).

BI tetap meyakini pemulihan ekonomi global lebih rendah dari prakiraan semula lantaran meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan menurun, dipicu stimulus fiskal yang terbatas.

Ini terjadi meski pada kuartal pertama 2019 ini ekonomi AS mampu tumbuh secara mengejutkan di level 3,2 persen. Semetara itu, pendapatan dan keyakinan pelaku dunia usaha di AS juga belum kuat serta adanya permasalahan struktur pasar tenaga kerja.

Baca juga: Ekonom Sebut Ada Kemungkinan BI Turunkan Suku Bunga Acuan di 2019

Di kawasan Eropa, pemulihan ekonomi juga lebih lambat karena efek Brexit yang stagnan dan melemahnya ekspor. Bahkan, BI juga menyinggung soal tantangan struktural berupa aging population.

Secara khusus perekonomian China yang juga tumbuh belum kuat masih menjadi ganjalan. Masalah perang dagang AS dan China turut serta mengerek ke bawah pertumbuhan ekonomi kedua negara.

Di saat yang sama volume dan harga komoditas di pasar global juga belum kembali pulih. Pada akhirnya perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS, Uni Eropa dan China, serta anjloknya volume dan harga komoditas berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dunia yang juga melambat.

Baca juga: BI Disarankan Tahan Suku Bunga di Level 6 Persen

"Ditahannya BI Rate di level 6 persen juga memberikan sentimen positif ke pasar keuangan domestik karena saat ini sudah merebak keluarnya modal dari pasar emerging economies, termasuk Indonesia," ujar Ryan.

Kombinasi tekanan eksternal tersebut dengan defisit transaksi perdagangan pada April 2019 yang sebesar 2,5 miliar dollar AS diperkirakan menekan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2019 ini.

"Tepat jika BI menegaskan ulang bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari prakiraan awal karena dipengaruhi ekonomi global yang menurun," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan | Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup

[POPULER MONEY] Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan | Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup

Whats New
Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Whats New
Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com